A.
Tinjauan Teoritis tentang Metode Mengajar Guru
Karena
metode mengajar sebagai alat pencapaian tujuan, maka diperlukan pengetahuan
tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan
persyaratan terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar
yang tepat. Kekaburan di dalam tujuan yang akan dicapai menyebebkan kesulitan
dalam memilih dan menentukan metode yang tepat.
Pembicaraan
mengenai suatu bidang study tidak lengkap bila tidak disertai dengan tinjauan
mengenai metode. Oleh karena itu yang dimaksud metode adalah cara kerja untuk
dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
(Koentjaraningrat, 1997:7)
Sedangkan
metode menurut Surakhmat, (1979:75) adalah “cara yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan”. Metode menurut Gunawan (tt:319)
adalah “cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu; cara
kerja”.
Dengan
demikian, dengan melalui tinjauan akademik, pengetahuan mengenai metode ini merupakan
bagian yang tiada terpisahkan dari keseluruhan disiplin yang bersangkutan.
Makin baik metode itu, makin efektif pula untuk mencapai suatu tujuan. Sebuah
metode dikatakan baik kalau mempunyai patokan (sumber) dan mempunyai tujuan
yang akan dicapai.
1.
Pengertian
Metode Mengajar
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan kita dewasa ini.
Tantangan tentang peningkatan mutu relevansi, dan aktivitas pendidikan sebagai
tuntunan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat,
berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dalam kurikulum sekolah.
Tujuan dari program kurikulum dapat dicapai dengan baik jika programnya di desain
secara jelas dan aplikatif.
Dalam
hubungan inilah para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain
programnya dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para
guru harus memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan metode mengajar untuk
diterapkan dalam sistim pembelajaran yang efektif.
Metodologi
ialah ilmu atau teori-teori tentang cara atau jalan yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan. Metodologi pengajaran merupakan ilmu atau teori-teori
tentang cara mengajar, yaitu cara-cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan pengajaran.
Metode
pengajaran menurut Suhardi (1997:7) adalah “suatu cara yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan pengajaran. Makin sesuai metode yang
digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan itu”.
Istilah
mengajar menurut zuhairini dkk (1982:25) adalah “memberikan pengetahuan kepada
anak, agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa, hukum-hukum ataupun
proses daripada suatu ilmu pengetahuan”.
Mengajar
pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau system
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. (Sardiman, 2006:47)
Dari
kutipan diatas jelaslah bahwa metode mengajar adalah merupakan salah satu
komponen daripada proses pendidikan, dan metode tidak hanya merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Lebih tepat lagi adalah untuk menolong murid-murid
memperoleh maklumat atau pengetahuan. Selain itu ia bermakna jua sebagai alat
untuk menolong murid-murid memperoleh ketrampilan-ketrampilan, kebiasaan-kebiasaan,
sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan. Sebab semua kesulitan dalam
proses beljar mengajar akan dapat mudah terpecahkan apabila menggunakan metode
yang tepat.
2.
Faktor-faktor
dalam Pemilihan Metode Mengajar
Penentuan
metode mengajar memang sangat sulit sekali, sebab suatu macam metode mengajar
yang baik bagi seorang guru sebaliknya pada guru yang lain pemakainya menjadi
kurang baik. Betapapun pula pada umumnya dikatakan baik, gagal pada guru yang
tidak menguasai teknik atau metode mengajar.
Dalam
hal yang demikian sangat erat hubungannya dengan kemampuan guru untuk
mengorganisir, memilih dan menggiatkan seluruh kegiatan belajar mengajarnya.
Hal ini membutuhkan keuletan dan latihan terus menerus. Apakah anak didik akan
terangsang dan ikut serta diaktifkan dalam kegiatan belajar mengajar, sangatlah
tergantung pada metode mengajar yang dipakai oleh pendidik.
Penetapan
metode tidak dapat berlaku untuk selamanya, hal ini selalu berkembang dan
berubah dinamis, untuk menyesuaikan perkembangan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi metode mengajar, meliputi:
a.
Tujuan
dengan berbagai jenis dan fungsinya;
b.
Anak
yang berbagai tingkat kematangannya;
c.
Situasi
dan berbagai keadaan;
d.
Fasilitas
yang berbagai kualitas dan kuantitasnya;
e.
Pribadi
guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda. (Surachmad, 1981:69)
Untuk
penjelasan lebih detail, adalah senagai berikut:
a.
Faktor
Tujuan
Tujuan
pendidikan memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab tujuan akan
memberikan arah bagi segala kegiatan pendidikan. Disamping menjadi sasaran dan
menjadi pengarah, tujuan pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai criteria
bagi penelitian dan penentuan alat-alat (termasuk metode mengajar yang akan
digunakan dalam mengajar).
b.
Faktor
Anak Didik
Siswa/anak
adalah salah satu komponen manusia yang mempunyai posisi penting dalam dalam
proses belajar mengajar. Sebab anak didik yang akan meraih cita-cita, memiliki
tujuan yang kemudian ingin dicapainya secara optimal, itulah sebabnya anak
didik disebut sebagai subyek belajar, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sardiman AM, (2006:111) bahwa : “Anak didik adalah subyek belajar, sebab anak
didik itu sentral kegiatan dan pihak yang mempunyai tujuan komponen-komponen
yang lain adalah faktor pendukung. Jadi yang aktif adalah siswa”.
c.
Faktor
Situasi
Yang
dimaksud situasi yang menyangkut anak didik (yang menyangkut kelelahan dan
semangat dari mereka), keadaan suasana, keadaan kelas yang berdekatan dengan
kelas lain. Bagi seorang guru terutama guru dalam bidang studi yang mengajar
beberapa kelas, walaupun tingkat kelasnya sama, dalam menggunakan metode
mengajar haruslah memperhatikan faktor situasi. Karena antar waktu pagi dan
siang akan berlainan, anak waktu pagi semangatnya masih tinggi, sedang waktu
siang mereka sudah kurang bergairah untuk belajar.
d.
Faktor
Pendidik
Sebagai
seorang pendidik, guru harus memenuhi beberapa syarat khusus, untuk mengajar ia
dibekali berbagai ilmu keguruan, dan kondisi itu pula, ia belajar
mempersonifikasikan beberapa sikap keguruan yang diperlukan, kesemuanya itu akan
menyatu dalam diri seorang guru sehingga merupakan pribadi khusus yang mampu
membawa perubahan tingkah laku.
e.
Faktor
Fasilitas
Sarana
atau fasilitas adalah merupakan salah satu komponen di dalam interaksi belajar
mengajar. Karena adanya sarana / fasilitas yang berbeda baik dari segi
kwantitas maupun kwalitasnya.
Fasilitas
juga ikut menentukan metode mengajar yang akan dipakai oleh guru, pengaruh
fasilitas dalam situasi pemilihan metode mengajar ini ternyata dalam situasi
dimana metode demonstrasi dan eksperimen tidak dipakai karena tersedianya
alat-alat dan bahan untuk mengadakan demonstrasi dan eksperimen/ percobaan.
3.
Macam-macam
Metode Mengajar
Sesuai
dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada masing-masing bahan atau materi
pelajaran, baik sifat maupun tujuan maka diperlukan metode-metode berlainan
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Oleh
karena itu, untuk mengukur sampai dimana efektifitas metode-metode tersebut
dalam pencapaian tujuan pendidikan agama, seyogyanya kita terlebih dahulu
mengenal macam-macam metode tersebut.
Berikut
ini adalah berbagai macam metode mengajar dalam kelas yaitu:
a.
Metode
ceramah
b.
Metode
tanya jawab
c.
Metode diskusi
d.
Metode
pemberian tugas belajar/ resitasi
e.
Metode demonstrasi dan eksperimen
f.
Metode
bekerja kelompok
g.
Metode sosiodarma dan bermain peranan
h.
Metode
karya wisata
i.
Metode
drill (latihan siap)
j.
Metode
sistim regu (team teaching) (Surachmad, 1981:71)
Sedangkan
menurut Arifin, (1978:39) macam-macam metode pengajaran yaitu:
a.
Metode
ceramah
b.
Metode
latihan siap (Drill)
c.
Metode
tanya jawab
d.
Metode
diskusi/ musyawaroh
e.
Metode demonstrasi dan eksperimen
f.
Metode
resitasi
g.
Metode
karya wisata
h.
Metode
kerja kelompok
i.
Metode
sistim regu
j.
Metode
sosiodarma bermain peranan
k.
Metode
dialog
Dari
berbagai macam metode pengajaran pendidikan agama tersebut, maka penulis
membatasi tiga metode yang diambil yang mana ketiga metode tersebut
dikombinasikan menjadi satu. Metode mengajar tersebut ialah:
a.
Metode
Ceramah
Metode
ceramah merupakan metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau
paling banyak digunakan. Hal ini dapat dimaklumi bahwa metode ceramah paling
mudah dilakukan oleh guru, demikian pula sebaliknya siswa telah terbiasa
belajar dengan mendengarkan pelajaran yang disampaikan guru.
Zuhairini
(1981:72) menyatakan bahwa “metode caramah adalah suatu metode di dalam
pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak
didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.
Sedangkan
di buku Metodologi Pengajaran Nasional dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
ceramah adalah penerangan dan penuturan secra lisan oleh guru terhadap kelas.
(Surachmat, 1979:75)
Dari
uraian tersebut jelas bahwa dengan pelaksanaannya guru harus menyiapkan diri
dengan bahan-bahan yang sesuai rencanadalam suatu proses belajar mengajar.
Penggunaan metode ceramah dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam,
hampir semua buku/materi pendidikan disampaikan menggunakan metode ceramah.
Hal
tersebut disinggung dalam Al Qur’an surat Thoha 25-28 bahwa:
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25)
وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا
قَوْلِي (28) [طه/25-28]
Artinya:
Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah
untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataan-Ku” (Depag RI, 1990: 478).
Ayat
tersebut menjelaskan tentang perlunya seorang tenega edukatif seperti guru
harus betul-betul mempunyai keterampilan khusus tentang retorika. Dalam hal ini
terutama dalam hal penyampaian pelajaran yang bahannya terlalu banyak, harus
menggunakan metode ceramah dan penyampaiannya harus sistematika.
Secara umum metode ceramah wajar dipergunakan
apabila :
1). Guru akan menyampaikan fakta
(kenyataan) atau pendapat dimana tidak terdapat bahan bacaan yang menerangkan
fakta atau pendapat yang dimaksud itu.
2). Guru adalah seorang pembicara
yang bersemangat dan akan merangsang kelompok untuk melakukan sesuatu.
3). Guru dapat menguasai seluruh
pembicaraan dalam kelas.
4). Organisasi kelas sederhana
berarti guru tak perlu mengadakan pengelompokkan murid.
5). Hal-hal yang penting dan
mendesak dapat segera disampaikan.
6). Melatih murid menggunakan
pendengarannya dengan baik dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
b.
Metode
Tanya Jawab
Untuk
menciptakan kehidupan interaksi mengajar belajar perlu guru menimbulkan tehnik
tanya jawab atau dialog. Dalam buku “Metode Khusus Pendidikan Agama Islam”,
dijelaskan bahwa:
"Metode
tanya jawab adalah penyampaian pelajaran engan jalan dimana guru mengajukan
pertanyaan dan murid menjawab. Atau sesuai dengan metode di dalam pendidikan
dimana guru bertanya sedang murid menjawab tentang materi yang ingin diperoleh".
(Zuhairini, 1981:75)
Ahmadi
(1997:131) menerangkan dalam buku Strategi Belajar Mengajar, bahwa: “Tehnik
tanya jawab atau dialog yaitu suatu tehnik untuk memberi motifasi pada siswa
agar bangkit pemikirannya untuk bertanya,atau menjawab pertanyaan yang diajukan
guru”. Dengan mendengarkan ceramah terus menerus, maka anak akan mengantuk dan
bosan. Lama kelamaan perhatian siswa menurun, apalagi si penceramah suara dan
ucapan kata-katanya tidak menarik. Tentunya dengan pernyataan-pernyataan yang
diajukan guru suasana akan menjadi hidup dan siswa tidak merasa bosan.
Dengan
pendekatan mengajar menggunakan metode tanya jawab biasanya menempuh dua cara,
yaitu memberi stimulasi dan mengadakan pengarahan aktifitas belajar, dalam arti
guru atau murid memberikan jawaban atau pertanyaan.
Dengan
demikian yang dimaksud dengan metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan
pelajaran dengan menggunakan pertanyaan sebagai stimulasi dan jawaban-jawaban
merupakan pengarahan aktivitas belajar bagi murid.
Pertanyaan
yang diajukan guru hendaknya ditujukan kepada seluruh kelas agar semua anak
mendengar dan memikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Oleh karena itu jawaban
dari murid yang ditunjuk terhadap pertanyaan tersebut juga jelas dan suaranya
harus didengar oleh semua murid yang ada dalam ruang kelas tersebut agar murid
yang lain dapat menilai tentang benar salahnya jawaban yang telah diberikan.
Ketika menunjuk murid untuk menjawab pertanyaan tersebut hendaklah ditunjuk
secara merata. Metode ini dimaksudkan untuk mengenal pengetahuan, fakta-fakta
yang sudah diajarkan dan untuk mrangsang perhatian murid. Didalam metode ini
kelebihan dan kekurangannya antara lain:
1).
Kelebihan
metode tanya jawab antara lain:
a)
Dapat
mengetahui kemampuan siswa tentang cara mengemukakan pendapat atau pendapatnya.
b)
Perhatian siswa akan semakin tinggi.
c)
Melatih siswa dan merangsang siswa untuk
mengembangkan daya fikir termasuk daya ingatannya.
2).
Kekurangan
metode tanya jawab antara lain:
a)
Metode tanya jawab kurang efektif untuk
menilai hasil belajar, sebab guru mengajukan pertanyaan yang berbeda-beda pada
tiap anak yang bobotnya berbeda.
b)
Siswa sering mempunnyai perasaan takut,
apabila guru kurang bisa membuat susana akrab.
c.
Metode
Pemberian Tugas
Setiap
siswa dalam kehidupannya sehari-hari tidak terlepas dari tugas-tugas yang
seyogyanya dikembangkan dalam kehidupan di sekolah sebagai persiapan memasuki
dunia kerja yang penuh dengan berbagai tugas. Sudah barang tentu tugas yang
diberikan adalah yang berhubungan dengan topik yang sedang atau akan
dipelajari.
Menurut
Zuhairini, (1981:85) yang dimaksud dengan tugas belajar adalah “metode dimana
murid diberi tugas khusus di luar pelajarannya”.
Proses
belajar mengajar masalah pemberian tugas atau pekerjaan tidaklah dapat
ditinggalkan, kegiatan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sehingga
sebagian dapat dilaksanakan di kelas dan jika tidak selesai dapat dilakukan di
luar kelas atau di rumah. Guru hanya sekedar memberikan petunjuk-petunjuk
secara umum cara-cara mengerjakan soal-soal tersebut atau permasalahan
tersebut.
Metode
ini sangat diperlukan sebab murid perlu didikan secara aktif untuk mengerjakan
segala sesuatu secara sendiri seperti ditugaskan membaca ulang bidang keimanan
dan menjawab soal-soal yang ada di dalamnya. Hasil pekerjaannya harus dibawa
dan diserahkan kepada guru yang memberi tugas. Atau masalah keterampilan
alokasi waktu yang sangat terbatas dapat juga dilakukan metode resitasi ini. Jadi
di kelas guru hanya memberikan petunjuk secara umum siswa mengerjakannya. Tugas
yang akan dikerjakan oleh siswa hendaknya harus juga memperhatikan perbedaan
individu siswa itu. Apakah tugas itu baik untuk tugas yang bersifat perorangan
atau bersifat kelompok.
Tujuan
pengajaran pendidikan agama Islam secara umum dapat diketahui yakni peningkatan
keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan yang teguh itu maka akan
menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban ajaran agama Islam, sebagaimana
firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) [الذاريات/56،
57]
Artinya:
“Aku tidak menjadikan Jin dan Manusia kecuali agar mereka itu beribadah
kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56) (Depag RI, 1990:862).
Untuk
itu metode mengajar hanya merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan
sistem pengajaran, ia termasuk dalam komponen “kegiatan belajar mengajar”.
Metode mengajar berfungsi untuk mencapai tujuan pengajaran. Ini berarti, tujuan
pengajaran berguna sebagai pedomen untuk menentukan metode mengajar yang akan
digunakan.
Jadi
masalah strategi dalam memilih metode yang tepat kuncinya terletak pada
kemampuan dalam menganalisis dan merumuskan tujuan pengajaran yang hendak
dicapai. Ada
tujuan yang dikehendaki mencapai Tujuan
Intruksional Khusus (TIK).
Dalam
metode ini ada kelebihan dan adapula kelemahannya, diantaranya:
1).
Kelebihan
metode ini antara lain:
a)
Metode ini dapat mengembangkan kreativitas
siswa.
b)
Dapat membina tanggung jawab dan
disiplin siswa.
c)
Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk
mencari dan mengelola sendiri informasi dan komunikasi, hal ini diperlukan
dengan era informasi yang maju demikian cepat dan pesat.
2).
Kekurangan
atau kelemahan metode ini antara lain:
a)
Pekerjaan yang dibebankan kepada murid
adakalanya tidak dierjakan sendiri, apalagi jika pekerjaan itu sukar bisa saja
orang lain yang mengerjakannya.
b)
Pekerjaan yang dibebankan kepada murid
adakalanya tidak dikerjakan sesuai dengan waktunya, sehingga waktu mengumpulkan
tidak mengumpulkan atau nyontek kepada teman yang lainnya.
Uraian
diskriptif tentang metodik diatas, merupakan landasan utama sebagai pedoman
dasar guru dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar didalam kelas.
Artinya setiap guru harus memperhatikan setiap sisi dari kerangka teori yang
melandasinya. Sinyalemen menunjukkan bahwa salah satu hal yang pokok dalam
kependidikan yaitu metodik.
Serangkaian
asas dan metode yang diuraikan tersebut akan lebih bermakna bagi guru-guru
apabila mampu menyadap sebanyak-banyaknya dan mencoba menerapkan setiap dimensi
dari asas metode yang diutarakan. Bagaimanapun, keberhasilan peningkatan
kwalitas pendidikan yang dikerjakan bermula dan bertumpu pada sejauh mana
kemampuan guru mengimplementasikan berbagai metodologi tersebut.
4.
Sebab-sebab
Penggunaan Metode Proses Belajar Mengajar
Pada
masing-masing bahan/materi pelajaran, baik sifat keagamaan maupun yang umum
dalam mencapai tujuan pengajaran, digunakan beberapa metode yang satu dengan
yang lain saling menunjang, yang sesuai dengan materi yang ada, sebagaimana
diterangkan Zuhairini bahwa:
"Sesuai
dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada masing-masing bahan/materi
pelajaran, baik sifat maupun tujuan maka diperlukan metode-metode yang
berlainan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya".
(Zuhairini, 1981:69)
Dari
pendapat diatas jelaslah bahwa faktor penyebab beberapa metode yang digunakan
dalam proses belajar mengajar adalah:
a.
Faktor
tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis,
sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing.
b.
Faktor
perbedaan individual anak, baik dalam kehidupan, tingkat usia dan faktor
tingkat berfikir siswa.
c.
Perbedaan
situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung.
d.
Perbedan
pribadi dan kemampuan dari pada pendidik masing-masing.
e.
Faktor
sarana dan prasarana/fasilitas yang berbeda baik dari segi kwalitas maupun dari
segi kwantitasnya.
Selain
pendapat diatas, maka untuk menggolong-golongkan apakah suatu metode tertentu
efektif atau tidak, memang agak sulit dilakukan masing-masing metode memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Lagi pula metode yang kurang baik ditangan guru
yang seorang menjadi metode yang baik sekali di tangan guru yang lain.
Namun
yang penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah ketepatan dalam
memilih, menentukan mana diantara sekian metode itu dapat lebih tapat dan cocok
diterapkan dalam suatu situasi pengajaran, serta kemampuan mengombinasikan
metode-metode yang telah ditetapkan itu secara harmonis dan secara serasi.
Dengan
kata lain untuk menyajikan pengajaran yang lebih menarik perhatian/minat bagi
anak didik, antara satu mata pelajaran yang lainnya amatlah diperlukan dengan
metode yang berbeda, bahkan diantara bahan-bahan materi tertentupun memerlukan
metode-metode yang berlainan, meskipun didalam bidang studi tertentu. Misalnya
mengajarkan bahan pelajaran tentang puasa metodenya berbeda dengan metode
sholat.
5.
Penggunaan Metode Mengajar
Dalam
proses belajar banyak kita kenal macam-macam metode mengajar, dalam prakteknya
untuk mencapai tujuan instruksional khusus tidak mungkin hanya dengan satu
metode saja akan tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar.
Mengenai
kombinasi beberapa metode mengajar ini seperti yang dikatakan oleh Sudjana
(2005:91) bahwa metode mengajar yang harus digunakan guru tidak mungkin hanya
satu metode mengajar, tetapi kombinasi beberapa metode mengajar, misalnya
kombinasi metode ceramah, diskusi atau tugas.
Pada
hakekatnya metode tanya jawab merupakan suatu metode untuk mengukur sampai
dimana kemampuan dari anak didik/siswa atau meninjau kembali pelajaran yang
telah lalu. Agar siswa memusatkan lagi perhatiannya tentang kemajuan yang telah
dicapai, sehingga dapat melanjutkan pelajarannya yang selanjutnya.
Selain
kebaikan-kebaikan tersebut dalam metode tanya jawab, juga terdapat
kelemahan-kelemahan antara lain adalah apabila terjadi perbedaan antara siswa
sehingga memakan waktu. Oleh karena itu dalam penggunaannya memerlukan
kombinasi dari beberapa metode lainnya, untuk menutupi kelemahan-kelemahannya.
Fakta
menunjukkan bahwa sekalipun banyak sekali kekurangan-kekurangan dari metode
ceramah tetapi masih banyak guru yang menggunakannya di berbagai lembaga
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa metode ceramah tidak selamanya jelek,
yang penting yaitu bagaimana usaha guru untuk membuat metode ceramah menjadi lebih
efektif dalam hal ini Sudirman, (1987:115) menjelaskan bahwa:
"Penggunaan
ceramah hendaknya dikombinasikan dengan metode lainnya secara bervariasi,
seperti metode demonstrasi, diskusi, tanya jawab, atau penugasan tertentu,
dengan demikian ceramah yang membuat siswa pasif dapat diimbangai dengan
berbagai aktifitas belajar lainnya".
Pada
prinsipnya seorang pengajar dalam memberikan materi pelajaran kepada siswanya
hendaknya mempergunakan beberapa kombinasi dari berbagai metode mengajar.
Seperti metode ceramah dan tanya jawab, untuk menutupi kelemahan-kelemahannya
maka dikombinasikan dengan metode latihan dan metode penugasan, sehingga materi
pelajaran yang diajarkannya dapat diapahami oelh siswa dengan baik.
B.
Tinjauan
Teoritik Tentang Motivasi Belajar
1.
Pengertian
Motivasi
Menurut
Indrakusuma (1973:162), menerangkan motivasi adalah “kekuatan-kekuatan atau
tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan murid”.
Sedangkan
Sardiman, (2006:75) memberikan pengertian bahwa motivasi belajar adalah merupakan
faktor psikis yang bersifat non intelektual. Perananannya yang khas adalah
dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa
yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar.
Berdasarkan
dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa siswa yang memilki motivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Di pendidikan jalur
sekolah kegiatan belajar banyak diatur secara sistematis sisuai dengan prosedur
yang telah ditentukan. Semua siswa harus mengikuti kegiatan tersebut dengan
tertib, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Siswa
didalam belajar tentunya mempunyai bermacam-macam motif, dan motif-motif
tersebut perlu untuk ditumbuhkan dan dibangkitkan melalui pemberian motifasi
yang cukup dari seorang guru, agar timbul semangat belajar dalam diri siswa.
Seorang guru tentunya harus mampu menumbuhkan semangat belajar siswa. Seorang
guru yang memberikan motifasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk
melakukan aktifitas belajar. Sebagaimana pendapat Sardiman, AM, (2006:77) yaitu
“Memberikan motivasi kepada seorang siswa berarti menggerakkan siswa untuk
melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu”.
2.
Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar
Tujuan
motivasi belajar menurut M. Ngalim Poerwanto, (2004: 3) yaitu “untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu”.
Adapun
fungsi motivasi belajar dijelaskan Nasution (1982:79) adalah:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Seorang
guru atau orang tua harus bisa melaksanakan motivasi secara efektif. Motivasi
sebagai proses, mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang
memungkinkan mereka dapat belajar.
3.
Jenis-jenis
Motivasi
Seorang
siswa haruslah memiliki motivasi yang kuat agar ia dapat mencapai hasil belajar
yang baik, karena berhasil tidaknya siswa dalam belajar itu banyak dipengaruhi
adanya motivasi.
Begitu
juga dengan adanya seorang siswa yang gagal belajar bukan hanya disebabkan
karena anak itu bodoh, anak itu gagal bisa jadi disebabkan kurangnya motivasi
terhadap anak itu untuk belajar.
Anak
yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin gagal dalam pelajaran karena
kekurangan motivasi, hasil yang baik tercapai dengan motivasi yang kuat. Anak
yang gagal tidak begitu saja dapat dipersalahkan, mungkin gurulah yang tak
berhasil memberi motivasi yang membangkitkan kegiatan pada anak.
Dengan
demikian jelaslah bahwa dengan adanya motif-motif yang ada dalam diri siswa
sendiri yang dibangkitkan melalui pemberian motivasi belajar yang cukup, maka
kegiatan belajar mengajar atau aktifitas belajar dapat dilaksanakan dengan
efektif dan efisien.
Dan
motivasi belajar akan dibahas dalam skripsi ini ada dua bentuk yaitu:
a.
Motivasi
belajar intrinsik
b.
Motivasi
belajar ektrinsik (Kusuma, 1973:162)
Agar
memperoleh gambaran yang jelas, berikut ini akan dijelaskan satu persatu
tentang bentuk-bentuk motivasi belajar, antara lain yaitu:
a.
Motivasi
belajar intrinsik
Motivasi
belajar intrinsik adalah merupakan bentuk motif yang timbul dari dalam diri
seseorang individu yang berfungsi untuk membangkitkan suatu aktifitas-aktifitas
yang dapat memelihara tingkah laku dalam rangka mencapai tujuan sekaligus
merupakan kebutuhan.
Berdasarkan
dengan masalah motivasi belajar intrinsik bahwa motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar
karena dari dalam individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
(Sardiman, 2006:89)
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar intrinsik adalah
motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang individu atau siswa yang dapat
memberikan dorongan dan aktifitas-aktifitas bagi siswa untuk memenuhi kebutuhan
serta tercapainya cita-cita.
Karena
motivasi intrinsik berkaitan dengan masalah belajar siswa yang dating dari
dalam individu, maka Indrakusuma (1973:163-164) dalam bukunya Pengantar Ilmu
Pendidikan menjelaskan bahwa “motivasi intrinsik dapat timbul karena adanya
kebutuhan, adanya pengetahuan tentang kemajuan diri sendiri, serta adanya
cita-cita atau aspirasi seseorang”.
1).
Adanya
Kebutuhan
Kebutuhan
merupakan kecenderungan-kecenderungan yang ada dalam diri seseorang individu
yang menimbulkan dorongan dan aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Indrakusuma
(1973: 163) menjelaskan “Bahwa disebabkan oleh adanya kebutuhan, maka hal ini
menjadi pendorong bagi anak untuk berbuat dan berusaha”.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa seorang siswa akan melakukan suatu
aktivitas karena merasakan suatu kebutuhan, atau karena ingin mencapai suatu
tujuan tertentu. Karena yang pertama kali ia baca begitu menarik maka ia akan
tergerak hatinya untuk mempelajari lebih dalam.
Ada beberapa teori tentang
motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan.
a)
Kebutuhan
fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk beristirahat, dan sebagainya.
b)
Kebutuhan
akan keamanan (security), yakni rasa aman bebas dari rasa takut da kecemasan.
c)
Kebutuhan
akan rasa cinta dan kasih.
d)
Kebutuhan
akan mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai
hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi. (Sardiman,
2006:80-81)
Keempat
motivasi tersebut saling berkaitan, apabila kita ingin seorang belajar dengan
baik, maka haruslah terpenuhi kebutuhan yang diatasnya. Dengan adanya kebutuhan
atau rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, ini mempunyai
daya guna bagi perubahan di dalam tingkah lakunya. Disamping itu dengan
memahami kebutuhan atau tujuan yang harus dicapai dari mata pelajaran tersebut
dirasa sangat berguna dan menguntungkan bagi diri siswa, maka akan timbul
gairah siswa untuk belajar.
Tetapi
apabila ada seorang siswa yang tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dibutuhkan
da ingin dicapai, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Hal ini dimungkinkan
pada diri siswa tidak terangsang melakukan sesuatu. Karena tidak memiliki
tujuan, maka seorang guru atau orang tua harus dapat menemukan sebab musababnya
dan kemudian mendorong dan menumbuhkan gairang siswa agar timbul kemauan untuk
mempelajari yang seharusnya dibutuhkannya. Berkaitan dengan hal tersebut,
Sardiman, (2006:74) mengatakan bahwa:
"Motivasi
akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi dalam hal ini motivasi sebenarnya
merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari
dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh
adanya unsur lain, dalam hal ini tujuan. Tujuan ini akan mengangkut soal
kebutuhan".
Hal
ini berarti motivasi dalam diri siswa akan aktif apabila ada kebutuhan/tujuan
yang jelas. Dengan adanya rumusan tujuan yang diterima oleh siswa, ini
mempunyai daya guna bagi perubahan tingkah lakunya.
Berdasarkan
pada beberapa pendapat itu, jadi jelaslah motivasi yang ada dalam diri siswa
muncul karena didorong oleh adanya kebutuhan, tujuan, dan keinginan, dan siswa
mengakui bahwa tujuan yang ingin dicapai itu sangat berguna dan bermanfaat bagi
diri siswa di masa sekarang dan yang akan datang.
2).
Adanya
Cita-cita
Cita-cita
merupakan keinginan dan kebutuhan pribadi yang timbul dalam diri seseorang atau
indvidu. Pada umumnya timbul keinginan-keinginan ini menyebabkan seseorang
terdorong untuk erbuat sesuatu yang positif, oleh karena itu menyebabkan timbul
hasrat untuk meraih cita-cita dalam hidupnya.
Jadi
seorang pelajar itu harus mempunyai cita-cita dan dengan cita-cita tersebut
dapat meraih apa saja yang diinginkan, sebagaimana halnya burung, dengan
sayapnya ia dapat memperoleh makanan dan dapat melanglang buana.
Dan
selanjutnya Indrakusuma (1973:64) dalam bukunya menjelaskan bahwa cita-cita
yang menjadi tujuan hidup merupakan pendorong dari seluruh kegiatan anak,
pendorong-pendorong bagi belajarnya. Disamping itu ita-cita dari seorang anak
sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuannya.
Dari
pendapat tersebut perlu dipahami bahwa perlu pemberian motivasi yang tepat
terhadap siswa yang belum mengetahui pentingnya suatu mata pelajaran yang
mempunyai peanan terhadap cita-citanya. Disinilah seorang guru dtuntut untuk
memberikan dorongan-dorongan, agar murid dapat mengadakan pilihan tentang apa
yang harus diperbuatnya terhadap suatu mata pelajaran yang ada sangkut pautnya
dengan cita-citanya.
3).
Adanya
pengetahuan tentang kemajuan diri sendiri
Dengan
mengetahui pengetahuan tentang kemajuan diri sendiri merupakan bentuk motif
yang mendasari seseorang siswa untuk melakukan aktifitas. Adanya pengetahun
tentang kemajuan atau kemunduran suatu prestasi senantiasa kondisi seperti ini
akan lebih memacu siswa atau anak didik untuk berbuat dan berusaha dengan lebih
baik lagi.
Dengan
demikian mengetahui kemajuan atau kemunduran diri sendiri akan dapat
membangkitkan semangat belajar siswa atau anak didik dalam memperbaiki prestasi
belajarnya, dengan adanya anak atau siswa mengetahui apakah ia ada kemajuan
atau sebaliknya ada kemunduran, maka dalam hal ini dapat menajdi pendorong bagi
siswa untuk belajar lebih giat lagi. (Indrakusuma, 1973:163)
Dari
penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bagai anak didik atau siswa
yang mengikuti belajar di sekolah seharusnya lebih meningkatkan cara belajar
yang positif yaitu ke ara pencapaian tujuan kemajuan pengetahuan diri sendiri.
Hal ini ajar bagi seorang siswa apabila mempunyai keinginan untuk lebih maju
guna mengetahui prestasi kemajuan pengetahuan diri sendiri, keinginan semaam
ini merupaka salah satu bentuk motif yang dapat secara aktif dan bertahap untuk
meningkatkan prestasi serta akan melahirkan perilaku dorongan kegiatan belajar
yang lebih giat lagi.
b.
Motivasi
Belajar Ekstrinsik
Motivasi
belajar ekstrinsik ini pada dasarnya memang sangat dibutuhkan oleh orang tua
ataupun guru dalam rangka memberikan semangat atau dorongan terhadap peserta
didik untuk giat belajar. Motivasi ekstrinsik ini merupakan motivasi yang
timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dan dorongan yang datang dari luar
individu yang dapat mempengaruhi dalam belajar siswa. Berkenaan dengan motivasi
ekstrinsik ini Sudjana (2005:160) memberikan penjelasan bahwa motivasi
ekstrinsik adalah dorongan yang timbul untuk mencapai tujuan yang datang dari
luar dirinya, misalnya guru atau orang tuanya memberikan pujian, hadiah dan
sebagainya setelah mengerjakan pekerjaan dengan bagus.
Dari
pendpat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif yang
timbul dari luar diri individu karena adanya rangsangan dan dorongan yang
menyebabkan timbulnya aktivitas yang menuju ke arah pencapaian tujuan yang
diharapkan.
Berikut
ini adalah bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi ekstrinsik bagi siswa
atau peserta didik, sebagai berikut:
1)
Pujian
2)
Pemberian
hadiah
3)
Pemberian
hukuman
4)
Persaingan/kompetisi
5)
Adanya
ulangan (Sardiman, 2006:92-94)
Untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang motivasi ekstrinsik ini, akan ibahas
satu persatu dalam skripsi ini:
1)
Pujian
Pujian
adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Jadi pujian ini merupakan alat motivasi yang palin mudah dilaksanakan.
Sedangkan menurut Indrakusuma (1973:159) yaitu pujian dapat berupa kata-kata,
seperti baik, bagus, bagus sekali, dan sebagainya, tetapi dapat juga beupa
kata-kata yang bersifat sugestif.
Disamping
itu pujian juga dapat dilaksanakan dengan menggunakan isyarat, misalnya
menunjukkan ibu jari, menepuk bahu anak, dengan tepuk tangn dan sebagainya.
Dengan
demikian seorang guru ataupun orang tua dituntut untuk memberikan pujian yang
tepat da disesuaikan dengan situasi belajar, karena pujian yang tepat aka
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri. Pujian yang diberikan kepada anak atau
siswa ini merupakan seruan kepada jalan yang baik., karena dengan adanya pujian
tersebut siswa akan lebih giat lagi dalam melaksanakan aktivitas belajar.
2)
Hadiah
Hadiah
diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan sesuai
prestasi yang dicapai oleh seseorang.
Hadiah
dapatlah dikatakan sebagai bentuk motivasi yang dapat memberikan stimulus
keberhasilan belajar siswa. Dan salah satu prinsip belajar adalah jika orang
atau guru hendak mengembangkan tingkah laku yang positif dalam diri anak atau
siswa maka berilah ia sesuatu yang menyenangkan setelah menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan baik.
Pemberian
hadiah oleh orang tua atau guru atas keberhasilan anak dalam belajarnya
hendaknya menjadi rangsangan yang engandung nilai positif. Dalam arti hadiah
itu sendiri nantinya dapat lebih meningkatkan belajar anak serta dapat memacu
ke arah perbaikan dan dilakukan secara wajar.
Dari
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa motiasi dalam bentuk ini membuahkan
gairah dan semangat belajar siswa dalam mempelajari bahan-bahan materi
pelajaran, dan seorang guru harus memilih waktu yang tepat, yaitu kapan hadiah
tersebut diberikan, dan kepada siapa hadiah itu akan diberikan. Hal ini untuk
mendatangkan pengaruh positif terhadap siswa.
3)
Pemberian
hukuman
Bagi
orang tua dan guru memerlukan dan harus memberlakukan hukuman bagi mereka yang
tidak mematuhi peraturan. Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau
ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya),
sesudah terjadi pelanggaran atau kesalahan. Oleh sebab itu pemberian hukuman
haruslah diberikan agar anak atau siswa tidak mengulanginya kembali
kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan. Dan sebagai alat pendidikan
hukuman menurut Poerwanto (1994:174) hendaklah:
a)
Senantiasa
merupakan jawaban atas suatu pelanggaran
b)
Sedikit
banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan
c)
Selalu
bertujuan ke arah perbaikan, hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan
anak itu sendiri.
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa hukuman itu haruslah bersifat edukatif, karena
hukuman itu akan berdampak positif bagi anak atau siswa bila dilakukan sesuai
dengan tingkat kesalahannya. Dan hukuman ini merupakan alternatif terakhir dari
semua upaya lain yang telah ditempuh.Dan hukuman yang diberikan pada anak atau
siswa tersebut hendaklah bernilai dan harus memiliki arti sebagai berikut:
a)
Pemberian
hukuman sebagai akibat dari suatu pelanggaran atas peraturan.
b)
Pemberian
hukuman sebagai titik tolak agar tidak terjadi pelanggaran.
4)
Persaingan/kompitisi
Saingan
atau kompetisi dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar
siswa. Baik persaingan individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa persaingan individu mapun kelompok dapat
dijadikan sebagai alat motivasi. Dalam persaingan ini seorang guru tetap
mengatur dan menjaga persaingan ini Sehingga persaingan ini dapat berjala
sesuai dengan yang diharapkan, da tidak menimbulkan permusuha antara sesama
siswa. Didalam ajaran agama Islam, ummat Islam juga diharuskan untuk
berlomba-lomba dalam hal kebaikan.
5)
Adanya
ulangan
Pemberian
ulangan terhadap siswa juga dilakukan oleh guru sebagai alat motivasi yang
dapat mendorong siswa untuk lebih giat dan bersemangat dalam mempelajari. Namun
ulangan juga sering dilakukan da tak terprogram karena dapat membosankan siswa,
dan siswa akan malas untuk belajar.
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa pemberian ulangan itu, siswa harus diberi tahu
terlebih dahulu, an dilakukan secara sistematis terencana. Sehingga siswa tidak
merasa bosan dan jengkel.
Usaha
metode pengajaran agama Islam yang dijalankan sudah pasti membutuhkan
penyesuaian dengan perkembangan siswa dan sesuai dengan perkembangan teknologi.
Guru dalam menyempaikan pelajaran dengan menggunakan metode yang tepat akan
dapat mengarahkan dalam memahami pelajaran sesuai tingkat kemampuan.
Disinilah
letak pentingnya bahwa metode pengajaran pendidikan agama untuk proses belajar
mengajar khususnya pendidikan agama, karena metode adalah cara sebaik-baiknya
mencapai tujuan disegala lapangan manusia mencari efisiensi kerja dengan
menetapkan metode yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan. Sangatlah janggal,
bahwa untuk waktu yang sangat panjang, sekolah bertahan satu jenis metode yang
dilaksanakan.
Surachmad
(tt:21), menerangkan bahwa:
"Cara
mengajar yang dipergunakan tehnik yang beraneka warna, penggunaan, penggunaan
mana disertai dengan pengertian yang mendalam dari pihak guru aka memperbesar
minat belajar murid-murid dan karenanya akan mempertinggi pula hasil pelajaran
mereka".
Dari
uraian diatas jelaslah bahwa apabila diperhatikan dalam proses perkembangan
pendidikan akan menjadi kendala atau penghalang dalam proses belajar mengajar,
jika metode kurang ada variasi, dengan menggunakan metode yang mumpuni dapat
mencapai tujuan dalam proses pendidikan agma Islam.
Dengan
demikian kegiatan belajar mengajar bertujuan hendak mempengaruhi anak didik,
maka karakteristik anak didiklah yang menjadi pusat perhatian dikdaktik. Maka
dalam hal ini psikologi/ilmu jiwa pada umumnya sangat memegang peranan penting
dalam menyumbangkan asas-asas mendidik. Seperti asas perhatian, peragaan,
aktivitas, individualitas, motivasi, korelasi, konsentrasi dan sebagainya.