Label

Senin, 07 September 2015

Materi Saka Wanabakti



                                        MATERI SAKA WANABAKTI



SAKA WANABAKTI

     Adalah salah satu jenis satuan karya pramuka yang merupakan wadah pembinaan di bidang kehutanan bagi anggota pramuka agar mereka mampu membantu melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup sesuai dharma baktinya terhadap pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara.

Sejarah saka wanabakti
1. Diawali dengan penandatanganan piagam kerjasama antara kwarnas gerakan pramuka dan departemen kehutanan pada tanggal 27 Oktober 1983 oleh Letnan Jendral Purnawirawan mashudi dengan mentri kehutanan Dr. Sujarwo.
2. Pembentukan wanabakti ditetapkan dengan keputusan kwarnas gerakan pramuka No.134 tahun 1983 tanggal 10 Desember 1983.
3. Tanggal 19 Desember 1983 Pimpinan Saka wanabakti ditetapkan dan dilantik oleh wapres RI, Bpk. Umar wira hadi kusuma pada kesempatan upacara penghijauan di desa Pitpit, karang asem, bali.
Tujuan Saka Wanabakti
Terwujudnya para pemuda-pemudi calon pemimpin masa depan kita yang terampil, penuh inisiatif, dan berperan aktif serta melestarikan hutan untuk di manfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

ARTI BADGE SAKA WANABAKTI
1. Segi lima sama sisi melambangkan falsafah bangsa indonesia yaitu pancasila,
sebagai asas tunggal saka wana bakti.
2. Warna dasar coklat melambangkan tanah yang subur yang berkat usaha penghijauan, reboisasi, konservasi tanah, serta usaha yang dilakukan terus menerus.
3. Pohon berwarna hijau melambangkan kesuburan tanah dan kemakmuran bumi.
4. Pohon dan akar berwarna hitam melambangkan hutan yang produktif sebagai sarana penunjang pembangaunan nasional yang perlu dikelola secara produktif dan lestari.
5. Garis lengkung berwarna biru melambangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air yang sangat penting, mengingat air sebagia salah satu sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan.
6. Tunas kelapa bertolak belakang melambangkan kegemilangan generasi pemuda-pemudi yang tergabung dalam saka wanabakti, serta melambangkan satuan terpisah antara Pa dan Pi.
7. Tulisan saka wanabakti melambangkan Satuan Karya itu sendiri.
8. Tulisan saka wanabakti berwarna kuning keemasan melambangkan kejayaan saka wanabakti.

Saka adalah salah satu organisasi kepramukaan yang dinaungi oleh suatu lembaga tertentu yang dilakukan diluar sekolah.
Krida adalah satuan terkecil dalam satuan karya yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing.
Macam-macam krida dalam saka wanabakti :
1. Krida Binawana.
SKK dan TKK
a. Konservasi tanah dan air
b. Pembenihan
c. Pembibitan
d. Penanaman dan pemeliharaan
e. Perlebahan
f. Budidaya jamur
g. Pesuteraan alam
2. Krida tatawana.
SKK dan TKK
a. Risalah hutan (Pendataan hutan)
b. Pengukuran dan Pemetaan hutan
c. Penginderaan jauh
3. Krida gunawana
SKK dan TKK
a. Pengenalan jenis pohon
b. Pencacahan pohon
c. Pengukuran kayu
d. Kerajinan hasil hutan
e. Pengolahan hasil hutan
f. Penyulingan minyak atsiri
(minyak atsiri : hasil penyulingan dari bunga cengkih, fungsi : untuk kesehatan,obat, penghangat badan)
4. Krida reksawana
SKK dan TKK
a. Keragaman hayati
b. Konservasi tanaman
c. Perlindungan hutan
d. Konservasi jenis satwa
e. Konservasi jenis tumbuhan
f. Pemanduan
g. Penelusuran gua
h. Pendakian
i. Pengendalian kebakaran hutan
j. Pengamatan satwa
k. Pengendalian perburuan
l. Pembudidayaan tumbuhan
m. Penangkaran satwa

KRIDA BINAWANA
     Adalah salah satu krida dari saka wanabati yang melaksanakan kegiatan pembinaan kawasan dan masyarakat yang erhubungan dengan salah satu organisasi fungsional departmen kehutanan dan perkebunan.
A. Konservasi tanah :
     Upaya untuk memeluhara meningkatkan dan memperbaiki kondisi tanah agar berdaya guna secara optimum.
 Tanah adalah tubuh alam bebas dari hasil pelapukan batuan yang
ü menduduki sebagian besar permukaan bumi, yang fungsinya sebagai habitat tumbuhan, pengatur tata air serta tempat melangsungkan kehidupan makhluk hidup.
 Erosi adalah terangkutya tanah/bagian-bagian tanah dari satu tempat ketempat yang lain oleh media alai terutama air.
ü
 Pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu,
ü
a. Iklim d. Topografi
b. Bahan induk e. Waktu
c. Makhluk hidup
B. Pebenihan
a. Pengadaan benih.
Adalah proses kegiatan mulai pengumpulan benih, extrasi benih, pengujian termasuk seleksi dan penyimpanan benih.
b. Extrasi benih.
Adalah proses pemisahan biji dari buah
c. Pemurnian benih.
Adalah proses memisahkan benih dari benda ikatan kotoran/benih yang tidak diinginkan.
d. Seleksi benih.
Adalah proses memisahkan benih yang berkualitas baik dari populasi benih yang telah dibrsihkan dari kotoran (Pemurnian benih).
Maksud dan tujuan
Maksud dari pengadaan benih adalah menyediakan benih yang bermutu baik dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan setiap tahun dan tepat waktu.
Dan tujuan dari pengadaan benih adalah untuk menunjang kelancaran pengadaan bibit yang bermutu baik dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan setiap tahun dan tepat waktu.
C. Pembibitan
a. Bibit : bahan tanaman yang dapat berupa benih sehat/seedling/anakan baik berupa stek, anakan siap tanam, cangkok maupun anakan cabutan yang dapat ditanam
.
D. Penanaman dan Pemeliharaan.
1.
 Penghijauan
    Adalah upaya memulikan/memperbaiki kembali lahan kritis diluar kawasan hutan. Melalui kegiatan tanam menanam agar dapat berfungsi sebagai media prodiksi dan media pengatur tata air yang baik, serta upaya mempertahankan dan meningkatkan daya guna alam sesuai dengan peruntukannya.
2. Hutan rakyat
   Adalah tanaman yang didominasi oleh jenis kayu-kayuan di lahan milik petani diluar kawasan hutan.
3. Kebun rakyat
   Adalah areal tanaman yang didominasi oleh jenis tanaman buah-buahan dan/atau tanaman industri di lahan petani diluar kawasan hutan.
4. Reboisasi
   Adalah upaya rehabilitasi lahan kritis didalam kawasan hutan melalui penanaman kayu-kayuan termasuk didalamnya pembuatan sarana dan prasarana.
5. Rencana Teknik Reboisasi (RTR)
   Adalah rencana jangka pendek/tahunan reboisasi secara detail operasional yang memuat tentang lokasi jenis dan volume kegiatan, jenis tanaman, kebutuhan bibit, pola tanam, sarana dan prasarana, peta serta rancangan untuk setiap jenis kegiatan.
6. Sistem tumpang sari
    Adalah sistem pembuatan tanaman kayu-kayuan yang dikombinasikan dengan penanaman tanaman semusim yang dilaksanakan oleh peserta tumpang sari berdasarkan perjanjian kerja selama jangka waktu 1-3 tahun.
7. Tanaman semusim pada kegiatan reboisasi
    Adalah tanaman sementara pada kegiatan reboisasi yang perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak megganggu pertumbuhan tanaman pokok ataupun tanaman sela.
8. Tanaman pokok
    Adalah tanaman pada kegiatan reboisasi yang diarahkan menjadi tegakkan pokok dikemudian hari.
9. Tanaman jenis MPTS ( Multi Purpose Trees Spesies )
    Adalah tanaman bermanfaat ganda, disamping menghasilkan kayu juga menghasilkan hasil hutan non-kayu (hasil hutan) seperti buah, biji, getah, serta mampu memberikan perbaikan lingkungan.
10. Banjar harian
    Adalah pembuatan tanaman yang dilakukan dengan upah harian.
11. Pemeliharaan tanaman
    Adalah upaya untuk memelihara sejumla tanaman dalam lusan dan kurun waktu tertentu huna mendapatkan tanaman yang berkualitas baik dengan jumlah persatuan yang luas dan cukup serta sesuai dengan standart hasil yang ditentukan.
12. Penyulaman
    Adalah upaya penanaman kembali untuk mengganti tanaman pokok yang mati/ diperkirakan tidak mampu tumbuh.
13. Penyiangan
    Adalah upaya pembebasan tanaman pokok dan tanaman sela dari jenis pengganggu/ gulma. Antara lain : rumput liar, semak-semak, dan lainnya.
14. Pendangiran
   Adalah upaya penggemburan tanah di sekeliling tanaman pokok dengan maksud memperbaiki kondisi fisik tanah.
15. Ilaran api (Sekat bakar)
   Adalah jalur untuk mencegah/membatasi kebakaran hutan.
16. Ajir
   Adalah pathok yang dibuat dari bambu/kayu untuk menandai jarak tanaman dan setelah penanaman ajir ditancapkan disamping tanaman.
Warna-warna Ajir :
 Warna Biru : Tanaman Pokok
Ä
 Warna Putih : Tanaman Sela
Ä
 Warna hijau : Tanaman Pagar/Tepi
Ä
17. Kontur
    Adalah garis yang menghubungkan titik-titik pada ketinggian yang sama.
18. Penjarangan
    Adalah tindakan pemeliharaan untuk mengatur ruang tumbuh dengan cara mengurangi kerapatan tegakan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan pohon dan kualitas batang.
   
    Maksud dan tujuan
    Maksud dari penanaman untuk meningkatkan prosuktifitas lahan melalui penanaman kayu-kayuan atau buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sedangakn maksud dari pemeliharaan tanaman agar tanaman muda mampu menjadi pohon dengan pertumbuhan sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan dari penanaman dan pemeliharaan untuk mendapatkan tegakkan/tanaman yang subur dengan luasan dan jenis yang diinginkan dan dapat memberikan hasil yang menguntungkan secara optimal.
E. Perlebahan
    Adalah suatu rangkaian kegiatan pemanfaatan lebah dan produk-produknya serta vegetasi penunjang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dengan memperhatikan aspek kelestariannya.
F. Budi daya jamur
    Cara pemeliharaan jamur :
1. Kondisi ruangan tempat penanaman jamur/kubung/ruangan produksi agar dijaga kelembabannya serta kadar air tetap dalam kondisi optimal dengan melakukan penyiraman dengan cara penyemprotan air bersih. Suhu kelembaban dapat diatur dengan mengatur ventilasi.
2. Penyemprotan air bersih tersebut dilakukan dua kali sehari pagi dan sore sampai lantai basah dihindarkan penyemprotan langsung mengenai badan buah untuk menghindari kematian/busuk.
G. Pesuteraan Alam
     Adalah salah satu kegiatan usaha tani dalam rangka upaya meninggalkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan budi daya murbei yang dikombinasikan dengan memelihara ulat sutra dan penanganan.
KRIDA TATAWANA
KRIDA GUNAWANA

     Adalah salah satu krida di saka wanabakti yang berkaitan dengan kegiatan pengusahaan hutan baik terkait dengan masalah pemanfaatan, pendayagunaan maupun unsur-unsur kegiatan pendukungnya.
SKK dan TKK KRIDA GUNAWANA
A. Pengenalan jenis pohon.
     Pohon adalah tumbuhan berkayu dengan diameter batang minimal 20 cm.
Nama Pohon Nama Latinnya
1. Jati (Tectona grandis)
2. Meranti (Shorea SPP)
3. Damar (Agathis)
4. Pinus (Pinus mercusi)
5. Sengon (Paraserianthes talcataria)
6. Ramin (Gonystillus Bancanus)
7. Rasamala (Altingia excelsa)
8. Durian (Durio zibetnus)

Manfaat bagian-bagian Pohon .
1. Kayu
 Kayu perkakas/alat rumah tangga seperti meja, kursi, dll.
\
 Bahan bangunan seperti kusen, daun pintu,dll.
\
 Kerangka kendaraan seperti kapal.
\
 Kerajinan ukiran dan patung.
\
2. Daun
 Untuk minyak seperti minyak kayu putih.
\
3. Buah
 Untuk dikonsumsi seperti durian, cempedak, dll.
\
4. Getah
 Untuk diambil getahnya seperti pinus, karet, dll.
\
Sifat-sifat Morfologi pohon.
Morfologi batang.
a. Penampilan pohon
Secara umum pepohonan dihutan memiliki penampilan,
• Batang silindris
• Batang berbuncah
• Batang berlekuk/berbaling, berongga.
b. Penampilan pangkal batang
• Batang mulus
• Batang berbanir
c. Penampilan pepagan luar
• Batang berdamar
• Batang licin
• Batang berlekah
• Batang Bersisik
• Batang Lepas berkotak
• Batang Berpuru
• Batang Bergelang/bergaris melintang
• Batang Berduri
• Batang Mengelupas
• Batang Retak-retak
B. Pencacahan pohon.
     Adalah suatu kegiatan untuk mengetahui jumlah (susunan/komposisi) dan sebaran pohon dihutan, secara sederhana pencacahan pohon dapat diartikan sebagai perhitungan terhadap potensi hutan terutama pohon-pohonnya.
Maksud pencacahan pohon
• Untuk mengetahui keadaan penyebaran pohon dalam tegakan yang melipui jumlah dan komposisi sejenisnya serta volume pohon yang akan ditebang.
• Untuk mengetahui jumlah dan jenis pohon inti dan pohon yang dilindungi yang akan dipelihara sampai rotasi berikutnya.
Tujuan pencacahan pohon
• Untuk menyusun rencana karya baik lima tahun maupun tahunan yang meliputi perbalakan dan rencana pembinaan.
C. Pengukuran kayu
    Adalah proses penentuan dimensi kau yang meliputi panjang, diameter, bagi kayu bulat ataupun panjang, lebar, maupun tinggi. Bagi kayu-kayu yang sudah dalam bentuk sortimen/kayu olahan dalam rangka penghitungan volume kayu tersebut.
Alat ukur kayu
1. Caliper
2. Garpu pohon
3. Pita diameter
4. Tongkat ukur
Cara penetapan isi kayu bulat
Isi kayu bulat rimba indonesia ditetapkan berdasarkan Rumus “Breton Matrik” yang menghitungkan isi sebenarnya kayu bulat atas dasar silinder imajiner.
Rumus Breton Matrik
I = 0,7854 x d2 x L
10.000
Keterangan :
I : Isi kayu bulat rimba (m3)
d : diameter kayu bulat (cm)
L : Panjang kayu bulat (m)
0,7854 = ¼ x 3,1416
D. Kerajinan hasil hutan.
E. Pengolahan hasil hutan.
F. Penyulingan minyak atsiri.

KRIDA REKSAWANA
Reksawana berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari 2 suku kata yaitu Reksa (menjaga/melindungi) dan Wana (hutan)
Krida Reksawana adalah salah satu krida di Saka Wanabakti yang segala bentuk kegiatannya dalam rangka menjaga dan melindungi hutan.
SKK dan TKK :
1. Keragaman hayati
    Diantaranya yang terdapat didaratan,lautan,dan ekosistem akuatik sama komplek. Ekologi yang merupakan bagian dari keaneka ragaman di dalam spesies.
2. Konservasi kawasan
   Yaitu suatu upaya perlindungan sistem penyangga, perlindungan, pengawetan, keanekaragaman, jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistem dan pemanfaatan.
Secara lestari sumber daya alam hayati yang dilakukan terhadap kawasan yang memiliki sumber alam hayati dan ekosistemnya.
3. Konservasi jenis satwa
   Adalah upaya-upaya yang dilakukan baik dalam perlindungan, pengawetan, pemanfaatan satwa sehingga terhindar dari bahaya kepunahan.
Keputusan Presiden telah No. 4/93 telah menetapkan tumbuhan dan satwa nasional :
1. Komodo sebagai satwa nasional
2. Ikan siluk merah sebagai satwa pesona
3. Elang jawa sebagai satwa langka
4. Melati sebagai puspa bangsa
5. Anggrek bulan sebagai puspa pesona
6. Padma raksasa sebagai puspa langka
4. Konservasi jenis tumbuhan
    Adalah upaya untuk mencegah agar tumbuhan terhindar dari kepunahan melalui perlindungan sistem ekologi, kelestarian jenis tumbuhan, pemanfaatan secara lestari.
5. Perlindungan hutan
    Kegiatan yang meliputi usaha-usaha prlindungan hutan :
Mencegah dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan dan hasil alam yang disebabkan oleh perbuatan manusia dan ternak, kebakaran, gaya-gaya alam, hama, dan penyakit.
6. Pendakian
Persiapan :
1. Persiapan fisik dan mental
2. Rencana rute dan jadwal waktu perjalanan
3. Logistik / perbekalan
4. Pakaian hangat ( kaos kaki, sarung tangan)
5. Peralatan (Ransel, tenda, tali, senter kompas, peta, peralatan masak, alat komunikasi, p3k)
6. Perijinan dan asuransi jiwa
7. Pengorganisasian tugas dan tanggung jawab peserta
8. Biaya dan buku catatan perjalanan
Tujuan :
Mengarahkan anggota pramuka agar memiliki sikap mental berani, tahan uji, memiliki rasa persahabatan dan kebersamaan.
7. Pemanduan
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan penjelasan tentang arti pentingnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
8. Penulusuran gua
Adalah suatu kegiatan memasuki dan menelusuri lorong-lorong / celah-celah yang berada di bawah permukaan tanah dengan persiapan dan perencanaan yang baik.
9. Pengamatan satwa
Adalah upaya untuk mengetahui jenis satwa, meliputi perilaku, makanan, habitat, populasi.
10. Penangkaran satwa
Adalah upaya menangkal makin berkurangnya berbagai jenis satwa dihabitat alami melalui penelitian dan pengembangan.
11. Pengendalian perburuan
Adalah kegiatan pengaturan perburuan dengan menetapkan jenis jumlah satwa yang akan di buru, musim berburu, serta lokasi beburu.
12. Pembudidayaan tumbuhan
Adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan dan pengembangan pembudidayaan tumuhan liar.
13. Pencegahan kebakaran hutan
Adalah semua usaha penegahan, pemadaman kebakaran hutan dan penyelamatan akibat kebakaran hutan dan lahan. 
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Saka Wanabakti
      Lahirnya Saka Wanabakti diawali dengan penandatangan piagam kerjasama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan Departemen Kehutanan pada tanggal 27 Oktober 1983 oleh Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Let. Jen TNI (Purn) Mashudi dan Menteri Kehutanan Kabinet Pembangunan III Republik Indonesia Dr. Soedjarwo. Pembentukan Saka Wanabakti ditetapkan dengan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No.134 Tahun 1983, tanggal 10 Desember 1983. Pada tanggal 19 Desember 1983, Pimpinan Saka Wanabakti ditetapkan dan dilantik oleh Wakil Presiden RI, Umar Wirahadikusamah, pada kesempatan Upacara Puncak Penghijauan Nasional di Desa Pidpid, Karangasem Bali, yang sampai saat ini tanggal tersebut sebagai lahirnya Saka Wanabakti (Saka Wanabakti Nasional: 2005).
      Tujuan dibentuknya Saka Wanabakti adalah untuk memberi wadah pendidikan di bidang kehutanan kepada anggota Gerakan Pramuka, terutama Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega agar mereka dapat membantu membina dan mengembangkan kegiatan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, melaksanakan secara nyata, produktif dan berguna bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega sebagai baktinya terhadap pembangunan masyarakat, bangsa dan negara (Kwarnas: 1984). Anggota Saka Wanabakti adalah:
  • pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
  • pembina Pramuka sebagai Pamong Saka dan instruktur tetap
  • pemuda calon anggota Gerakan Pramuka yang berusia 16-25 tahun.
     Saka Wanabakti meliputi 4 (empat) krida sebagai satuan terkecil dan menjadi wadah kegiatan keterampilan tertentu (Kep. Kwarnas: 1984), yaitu : (1) Krida Tata Wana; (2) Krida Reksa Wana; (3) Krida Bina Wana; (4) Krida Guna Wana. Dalam pelaksanaan operasionalnya, ditentukan upaya pokok dan langkah-langkah pencapaian kecakapan masing-masing krida yang dijabarkan kedalam Syarat Kecakapan Khusus (Duryat, 2005).
Identitas Mahoni
Nama binomial Mahoni adalah  Swietenia mahagoni. Klasifikasi ilmiah tentang Mahoni ialah :
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Sapindales
Famili              : Meliaceae
Genus              : Swietenia
Spesies            : Swietenia mahagoni (L.) Jacq
    Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung, reboisasi dan penghijauan (Anonim, 2010) yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai. Jenis yang tumbuh pada zona lembab; menyebar luas secara alami atau dibudidayakan; jenis asli Meksiko (Yucatan), bagian tengah dan utara Amerika selatan (Wilayah Amazona)
    Pohon selalu hijau dengan tinggi antara 30-35 cm. Kulit berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah tua. Daun bertandan dan menyirip yang panjangnya berkisar 35-50 cm, tersusun bergantian, halus berpasangan, 4-6 pasang tiap-daun, panjangnya berkisar 9 – 18 cm. Bunga kecil berwarna putih, panjang 10-20 cm, mulai bercabang. Buah kering merekah, umumnya berbentuk kapsul bercuping 5, keras, panjang 12-15 cm, abu-abu coklat, dan halus. Bagian luar buah mengeras, ketebalan 5-7 mm bagian dalam lebih tipis. Dibagian tengah mengeras seperti kayu, berbentuk kolom dengan 5 sudut yang memanjang menuju ujung. Buah akan pecah mulai dari ujung atau pangkal pada saat masak dan kering. Biji menempel pada kolumela melalui sayapnya, meninggalkan bekas yang nyata setelah benih terlepas. Umumnya setiap buah terdapat 35 -45 biji. Kayu Mahoni ini termasuk bahan mebel bernilai tinggi karena dekoratif dan mudah dikerjakan. Dalam sistem agroforestry digunakan sebagai tanaman naungan dan kayu bakar.
Pembuatan Bibit Mahoni (Swietenia mahagoni)
     Kegiatan ini dilaksanakan selama rentang waktu 6 bulan antara Agustus 2009 hingga Februari 2010 dengan dana berasal dari kas Wanabakti dan donator yang sifatnya tidak mengikat. Pembuatan Bibit Mahoni (Swietenia mahagoni) oleh anggota Saka Wanabakti Kwartir Cabang Buleleng meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu: (1) tahap persiapan dengan tujuan mempersiapkan serta memberi pengetahuan awal kepada anggota tentang teknik pembuatan bibit dengan kualitas unggul. Tahap persiapan ini meliputi penyusunan rencana dan jadwal pembibitan, penentuan lokasi dan penyediaan sarana dan prasarana; (2) tahap pelaksanaan yaitu melaksanakan kegiatan pembuatan bibit Mahoni (Swietenia mahagoni)  di gugusdepan masing-masing sesuai teori yang diberikan meliputi pengadaan biji, penaburan biji, penyapihan, pemeliharaan dan pengangkutan; (3) Tahap evaluasi yaitu pengecekan/pemantauan hasil kegiatan pembibitan ke masing-masing gugusdepan oleh instruktur saka guna mengetahui hasil dan kendala yang dihadapi (Panitia Pelaksana: 2010). Adapun langkah-langkah dalam membuat bibit sebagai berikut.
Pengadaan biji
Untuk memperoleh produktivitas kayu dan mutu tegakan yang tinggi perlu diupayakan pemakaian bibit yang baik. Bibit yang baik diperoleh dari tegakan benih yang telah berumur lebih dari 20 tahun. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan biji :
  1. Diambil dari pohon yang pertumbuhannya baik dan jelas asal usulnya
  2. Bermutu baik, sehat dan tidak terserang hama penyakit
Penaburan biji
  1. Sebelum dilakukan penaburan, sayap biji digunting. Media tabur yang digunakan adalah tanah dicampur pasir dengan perbandingan 2 : 1, kemudian disaring dengan kawat saringan berukuran 2 mm. Sebelum dipakai sebaiknya media tersebut disterilkan terlebih dahulu. Untuk mencegah serangan hama-penyakit, bedeng tabur dibuat setinggi ± 1 meter dari permukaan tanah. Penaburan benih dilakukan secara merata ke seluruh permukaan media dengan jarak 2 x 1 cm pada bedengan tabur ukuran 5 x 1 m atau 2 x 1 m. Biji ditanam tanpa sayap dengan bagian biji yang tebal sebelah bawah. Bedeng tabur diberi naungan.
  2. Cara lain penaburan biji dapat dilakukan ke kontainer atau kantong plastik yang sudah diberi lubang-lubang kecil. Pada cara ini tidak diperlukan penyapihan bibit, tetapi diperlukan penyulaman pada kantong plastik yang bijinya tidak tumbuh. Perlakuan selayaknya sama seperti bibit yang disapih. Untuk menjaga kelembaban pada bedeng tabur, harus dilakukan penyiraman secara hati-hati.
Penyapihan
      Benih mulai berkecambah ± pada hari ke 5 setelah penaburan. Pada umur 2-3 minggu atau kecambah sudah mempunyai 2-4 helai daun dapat dipindahkan ke dalam kantong plastik dengan ukuran 8 x 15 cm yang telah diisi media dengan alat penjepit (Dephut: 2007). Media yang digunakan beragam, yang penting media tersebut berareasi baik dan cukup mengandung hara mineral, antara lain dapat berupa campuran tanah humus dan pasir atau tanah mineral, kompos dan pasir. Komposisi yang umum dipakai adalah campuran pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan 7 : 2 : 1.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan bibit antara lain :
  1. Pencabutan semai dari bedeng tabur harus hati-hati dan akar tidak boleh patah
  2. Semai ditanam dalam kantong plastik atau kontainer lain berdiri tegak dan akar semai jangan melipat.
  3. Semai terhindar dari luka
  4. Penyapihan dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan dilakukan dibawah naungan (sarlon)
      Bibit persemaian siap ditanam di lapangan setelah berumur ± 5 bulan. Ukuran tinggi bibit ± 25 cm (dari pangkal batang sampai ujung daun), bagian batang bibit berkayu, diameter bibit > 2 mm, sehat dan segar.
Pemeliharaan dan Pengangkutan
     Untuk memperoleh bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang memadai, perlu dilakukan pemeliharaan setelah kegiatan penyapihan. Kegiatan ini berupa penyiraman, penyiangan dan pemupukan. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secara hati-hati, menggunakan sprayer gendong dengan butiran air halus (kabut). Penyiangan terhadap gulma yang tumbuh pada kantong plastik dilakukan setiap hari. Pemupukan pertama dengan NPK dilakukan sewaktu mencampur media tumbuh dengan dosis 1 gram (1 sendok teh) setiap kantong. Pemupukan kedua dan selanjutnya dilakukan setiap bulan dengan dosis yang sama.
      Sebelum bibit diangkut ke lapangan terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memilih bibit yang baik. Bibit yang akan ditanam sebaiknya dibiarkan selama 2-3 hari di tempat penampungan, dengan maksud memberi waktu bagi bibit untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tempat tumbuh yang baru. Terhadap bibit ini perlu dilakukan perawatan seperti di persemaian, sehingga kondisi bibit tetap sehat dan segar. Dalam pengangkutan bibit agar diupayakan dalam pengangkutan bibit ke lapangan seaman mungkin dengan menyimpan bibit pada rak angkut (Dephut: 2006).
       Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, yaitu setelah curah hujan cukup merata. Pada saat bibit ditanam, kantong plastik dilepas secara hati-hati supaya media tumbuh tetap utuh. Kemudian bibit dimasukkan kedalam lubang yang telah disiapkan, ditutup kembali dengan tanah serta dipadatkan. Jarak tanam diatur seperti yang dianjurkan dalam rencana. Hasil dilapangan menunjukkan bahwa kegiatan pembuatan bibit Mahoni (Swietenia mahagoni) guna menghasilkan bibit dengan kualitas unggul dapat terlaksana dengan cukup baik. Sebanyak 70% atau 350 bibit Mahoni dapat dihasilkan dari 500 biji yang disemai. Benih yang tidak dapat tumbuh disebabkan oleh adanya genangan air akibat hujan serta penyiraman yang berlebihan. Bibit tersebut oleh anggota Saka Wanabakti Kwartir Cabang Buleleng disumbangkan kepada sekolah melalui penghijauan lingkungan, diberikan kepada guru dan ditanam pada areal kebun anggota sehingga dapat bermanfaat secara langsung terhadap pelestarian lingkungan (Panitia Pelaksana, 2010).
SIMPULAN
      Berdasarkan pembahahasan diatas, simpulan yang dapat disampaikan bahwa pramuka satuan karya pramuka Wanabakti Kwartir Cabang Buleleng memiliki peran startegis dalam upaya terhadap kepedulian hutan menuju Indonesia lestari yang diwujudkan melalui kegiatan pembuatan bibit Mahoni (Swietenia mahagoni).

Gaya Komunikasi



 GAYA KOMUNIKASI


        Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation). (Efendi, 2001).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.  Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
       Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sebagai berikut: (Efendi, 2001).
  1. 1. The Controlling style
      Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.  Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
      Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan.  Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan.  Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.  Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
      Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya.  The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik.  Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
  1. 2. The Equalitarian style
      Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.  The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.  Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal.  Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
       Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.  The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.  Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
  1. 3. The Structuring style
      Gaya komunikasi yang berstruktur ini, ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah  Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure.  Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
  1. 4. The Dynamic style
       Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented)The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik.  Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
  1. 5. The Relinguishing style
      Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
  1. 6. The Withdrawal style
     Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini.  Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain.  Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
        Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal.  Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi.  Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.

Sabtu, 05 September 2015

Sejarah Perkembangan Psikologi



 

Sejarah Perkembangan Psikologi

1.      Psikologi Sebagai Bagian dari Filsafat Ilmu Faal

         Sebelum 1879, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal. Pada mulanya ahli-ahli filsafat dari zaman Yunani Kuno-lah yang mulai memikirkan gejala-gejala kejiwaan. Saat itu belum ada pembuktian-pembuktian secara empiris atau ilmiah. Mereka mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi. Cara pendekatan seperti itu disebut sebagai cara pendekatan yang naturalistik.
         Di antara sarjana Yunani yang menggunakan pendekatan naturalistik adalah Thales (624-548 SM) yang sering disebut sebagai Bapak Filsafat. Ia meyakini bahwa jiwa dan hal-hal supernatural lainnya tidak ada karena sesuatu yang ada harus dapat diterangkan dengan gejala alam (natural phenomenon). Ia pun percaya bahwa segala sesuatu berasal dari air dan karena jiwa tidak mungkin dari air maka jiwa dianggapnya tidak ada. Tokoh lainnya adalah Anaximander (611-546 SM) yang mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari sesuatu yang tidak tentu, sementara Anaximenes (abad 6 SM) mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari udara. Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Empedocles, Hippocrates, dan Democritos.
        Empedocles (490-430 SM) mengatakan bahwa ada empat elemen besar dalam alam semesta, yaitu bumi/tanah, udara, api, dan air. Manusia terdiri dari tulang, otot, dan usus yang merupakan unsur dari tanah; cairan tubuh merupakan unsur dari air; fungsi rasio dan mental merupakan unsur dari api; sedangkan pendukung dari elemen-elemen atau fungsi hidup adalah udara. Berdasarkan pada pandangan Empedochles, Hipocrates (460-375 SM) yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat empat cairan tubuh yang memiliki kesesuaian sifat dengan keempat elemen dasar tersebut.
        Berdasarkan komposisi cairan yang ada dalam tubuh manusia tersebut maka Hipocrates membagi manusia dalam empat golongan, yaitu:
• Sanguine, orang yang mempunyai kelebihan (terlalu banyak ekses) darah dalam tubuhnya mempunyai temperamen penggembira.
• Melancholic, terlalu banyak sumsum hitam, bertemperamen pemurung.
• Choleric, terlalu banyak sumsum kuning, bertemperamen semangat dan gesit.
• Plegmatic, terlalu banyak lendir dan bertemperamen lamban.
Democritus (460-370 SM) berpendapat bahwa seluruh realitas yang ada di dunia ini terdiri dari partikel-partikel yang tidak dapat dibagi lagi yang oleh Einstein kemudian diberi nama “atom”. Beratus-ratus tahun sesudah Democritus prinsip tersebut masih diikuti oleh beberapa sarjana, antara lain I.P. Pavlov dan J.B. Watson yang sama-sama berpendapat bahwa ‘atom’ dari jiwa adalah refleks-refleks.
        Tokoh-tokoh Yunani kuno tersebut di atas pada dasarnya menganggap bahwa jiwa adalah satu dengan badan. Jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang sama dan tunduk pada hukum-hukum yang sama (pandangan monoisme). Selain pandangan monoisme, tumbuh pula pandangan dualisme, yaitu pandangan yang memisahkan jiwa dari badan, jiwa tidak sama dengan badan, dan masing-masing tunduk pada peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang terpisah. Tokoh-tokoh terkenal yang menganut pandangan dualisme antara lain: Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).
        Socrates berpandangan bahwa pada setiap manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan dalam dunia nyata. Masalahnya adalah kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Oleh karena itu, perlu ada orang lain—semacam bidan—yang membantu melahirkan sang ‘Ide’ dari dalam kalbu manusia. Socrates mengembangkan metode tanya jawab untuk menggali jawaban-jawaban terpendam mengenai berbagai persoalan. Dengan metode tanya jawab yang disebut “Socratic Method” itu akan timbul pengertian yang disebut “Maieutics” (menarik keluar seperti yang dilakukan oleh bidan). Maieutics ini kemudian ditumbangkan oleh R. Rogers tahun 1943 menjadi teknik dalam psikoterapi yang disebut “Non Directive Techniques”, suatu teknik yang digunakan oleh psikolog atau psikoterapis untuk menggali persoalan-persoalan dalam diri pasien sehingga ia menyadari sendiri persoalan-persoalannya tanpa terlalu diarahkan oleh psikolog atau psikoterapisnya. Socrates menekankan pentingnya pengertian tentang “diri sendiri” bagi setiap manusia sehingga menurutnya adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu kalau ia ingin mengerti tentang hal-hal di luar dirinya. Semboyannya yang terkenal adalah “belajar yang sesungguhnya pada manusia adalah belajar tentang manusia.
       Sementara Plato, murid dan pengikut setia Socrates dan dianggap sebagai penganut dualisme yang sebenar-benarnya, mengatakan bahwa dunia kejiwaan berisi ide-ide yang berdiri sendiri terlepas dari pengalaman hidup sehari-hari. Pada orang dewasa dan intelektual, mereka dapat membedakan mana jiwa dan mana badan. Akan tetapi, pada anak-anak jiwa masih bercampur dengan badan, belum bisa memisahkan Ide dari benda-benda kongkrit. Jiwa yang berisi Ide-Ide ini diberi nama “Psyche”. Selain itu, Plato juga meyakini bahwa tiap-tiap orang telah ditetapkan status dan kedudukannya di masyarakat sejak lahir apakah ia seorang filsuf, prajurit, atau pekerja.[2] Ia percaya bahwa tiap orang dilahirkan dengan kekhususan tersendiri, tidak sama antara satu sama lainnya. Dengan demikian, selain dianggap sebagai penganut paham Determinisme atau Nativisme, ia pun dianggap sebagai tokoh pemula dari paham “individual differences.” Dalam perkembangan psikologi selanjutnya, paham individual differences ini membawa para sarjana ke arah penemuan alat-alat pemeriksaan psikologi (psikotes).
        Kalau Plato dianggap sebagai seorang rasionalis yang percaya bahwa segala sesuatu berasal dari ide-ide yang dihasilkan rasio maka Aristoteles (385-322 SM), murid Plato, berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan (form) harus menempati sesuatu wujud tertentu (matter). Wujud ini pada hakikatnya merupakan pernyataan atau ekspresi dari jiwa. Tuhanlah satu-satunya yang tanpa wujud, hanya form saja. Aristoteles sering disebut sebagai Bapak Psikologi Empiris karena menurutnya segala sesuatu harus bertitik tolak dari realita, yaitu matter. Matter-lah sumber utama pengatahuan. Pandangan dan teori-teori Aristoteles tentang Psikologi dapat dilihat dalam bukunya yang terkenal De Anima, yang sesungguhnya merupakan buku tentang ilmu hewan komparatif dan biologi. Dalam buku itu ia mengatakan bahwa setiap benda di dunia ini mempunyai dorongan untuk tumbuh dan menjadi sesuatu sesuai dengan tujuan yang sudah terkandung dalam benda itu sendiri. Aristoteles selanjutnya membedakan antara hule dan morphe. Hule (Noes Photeticos) adalah “yang terbentuk”. sedangkan Morphe (Noes Poeticos) adalah “yang membentuk”. Benda dalam alam tidak tumbuh dan berkembang begitu saja, tetapi menjadi atau diperkembangkan menjadi sesuatu. Sebelum benda itu terwujud benda itu berupa kemungkinan. Selanjutnya Aristoteles membedakan tiga macam form, yaitu: Plant, yang mengontrol fungsi-fungsi vegetatif; Animal, dapat dilihat dalam fungsi-fungsi seperti: mengingat, mengharap, dan persepsi; Rasional, yang memungkinkan manusia malakukan penalaran (reasoning) dan membentuk konsp-konsep. Khusus pada manusia, dorongan untuk tumbuh ini berbentuk dorongan untuk merealisasikan diri (self realization) yang disebut entelechi. Menurut Aristoteles fungsi jiwa dibagi dua, yaitu kemampuan untuk mengenal dan kemampuan berkehendak. Pandangan ini dikenal sebagai “dichotomi”.
Berabad-abad setelah zaman Yunani Kuno, Psikologi masih merupakan bagian dari Filsafat. Pada masa Renaissance, di Francis muncul Rene Decartes (1596-1650) yang terkenal dengan teori tentang “kesadaran”, sementara di Inggris muncul tokoh-tokoh seperti John Locke (1623-1704), George Berkeley (1685-1753), James Mill (1773-1836), dan anaknya John Stuart Mill (1806-1873), yang semuanya itu dikenal sebagai tokoh-tokoh aliran Asosianisme.
       Dalam perkembangan Psikologi selanjutnya, peran sejumlah sarjana ilmu Faal yang juga menaruh minat terhadap gejala-gejala kejiwaan tidak dapat diabaikan. Tokohnya antara lain: C. Bell (1774-1842), F. Magendie (1785-1855), J.P. Muller (1801-1858), P. Broca (1824-1880), dan sebagainya. Nama seorang sarjana Rusia, I.P. Pavlov (1849-1936), tampaknya perlu dicatat secara khusus karena dari teori-teorinya tentang refleks kemudian berkembang aliran Behaviorisme, yaitu aliran dalam psikologi yang hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata sebagai objek studinya dan menolak anggapan sarjana lain yang mempelajari juga tingkah laku yang tidak tampak dari luar. Selain itu, peranan seorang dokter berdarah campuran Inggris-Skotlandia bernama William McDaugall (1871-1938) perlu pula dikemukakan. Ia juga telah memberi inspirasi kepada aliran Behaviorisme di Amerika dengan teori-teorinya yang dikenal dengan nama “Purposive Psychology”.
        Sementara para sarjana Filasafat maupun ilmu Faal berusaha untuk menerangkan gejala-gejala kejiwaan secara ilmiah murni, muncul pula orang-orang yang secara spekulatif mencoba untuk menerangkan gejala-gejala kejiwaan dari segi lain. Diantara mereka adalah F.J. Gall (1785-1828) yang mengemukakan bahwa jiwa manusia dapat diketahui dengan cara meraba tengkorak kepala orang tersebut. Teori Gall dikembangkan dari pandangan Psikologi Fakultas (Faculty Psychology) yang dikemukakan seorang tokoh gereja bernama St. Agustine (354-430). Menurut Agustine, dengan mengeksplorasi kesadaran melalui metode “introspeksi diri”, dalam jiwa terdapat bagian-bagian atau fakultas (faculties). Fakultas tersebut antara lain: ingatan, imajinasi, indera, kemauan, dan sebagainya. Menurut Gall, karena setiap fakultas kejiwaan dicerminkan pada salah satu bagian tertentu di tengkorak kepala maka dengan mengetahui bagian-bagian tengkorak mana yang menonjol kita akan mengetahui fakultas-fakultas kejiwaan mana yang menonjol pada orang tertentu sehingga kita dapat mengetahui pula keadaan jiwanya. Teori dari Gall tersebut dikenal dengan Phrenologi. Teori yang seolah-olah ilmiah ini pada dasarnya hanya bersifat ilmiah semu (pseudo science). Metote lainnya yang juga bersifat ilmiah semu antara lain: Phiognomi (Ilmu Wajah/Raut Muka), Palmistri (Ilmu Rajah Tangan), Astrologi (Ilmu Perbintangan), Numerologi (Ilmu Angka-angka), dan sebagainya.

     2. Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri

     Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental, Wundt memperkenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme karena ia mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh Asosianisme.
        Edward Bradford Titchener (1867-1927) mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke Amerika. Akan tetapi, orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis kurang suka pada teori Wundt yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan secara langsung dalam kenyataan. Mereka kemudian membentuk aliran sendiri yang disebut Fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya antara lain: William James (1842-1910) dan James Mc Keen Cattel (1866-1944). Aliran ini lebih mengutamakan fungsi-fungsi jiwa dari pada mempelajari strukturnya. Ditemukannya teknik evaluasi psikologi (sekarang psikotest) oleh Cattel merupakan bukti betapa pragmatisnya orang-orang Amerika.
        Meskipun sudah menekankan pragmatisme, namun aliran Fungsionalisme masih dianggap terlalu abstrak bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka menghendaki agar Psikologi hanya mempelajari hal-hal yang benar-benar objektif saja. Mereka hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai objek Psikologi (Behaviorisme). Pelopornya adalah John Broades Watson (1878-1958) yang kemudian dikembangkan oleh Edward Chase Tolman (1886-1959) dan B.F. Skinner (1904).
Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan koreksi-koreksi. Salah satunya dari Oswald Kulpe (1862-1915), salah seorang muridnya yang kurang puas dengan ajaran Wundt dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran Wurzburg menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image (bayangan dalam alam pikiran). Kulpe berpendapat, pada tingkat berpikir yang lebih tinggi apa yang dipikirkan itu tidak lagi berupa image, tapi ada pikiran yang tak terbayangkan (imageless thought).
       Di Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari aliran Gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran elementisme Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang banyak diteliti aliran ini) haruslah dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh (suatu gestalt) yang tidak terpecah dalam bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah Max Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967) .Di Leipzig, pada tahun 1924 Krueger memperkenalkan istilah Ganzheit (berasal dari kata da Ganze yang berarti keseluruhan). Meskipun istilah Ganzheit masih dianggap sama dengan istilah Gestalt dan aliran ini sering tidak dianggap sebagai aliran tersendiri, namun menurut tokohnya, Krueger, Ganzheit tidak sama dengan Gestalt dan merupakan perkembangan dari psikologi Gestalt. Ia berpendapat bahwa psikologi Gestalt terlalu menitikberatkan kepada masalah persepsi objek, padahal yang terpenting adalah penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan persepsi saja atau totalitas objek-objek saja.
        Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah munculnya “Teori Medan (Field Theory)” dari Kurt Lewin (1890-1947). Mulanya Lewin tertarik pada faham Gestalt, tetapi kemudian ia mengeritiknya karena dianggap tidak adekuat. Namun demikian, berkat Lerwin, sebagai perkembangan lebih lanjut di Amerika Serikat lahir aliran “Psikologi Kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme yang tahun 1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran Gestalt yang dibawa oleh Lewin. Aliran psikologi Kognitif sangat menitikberatkan proses-proses sentral (seperti sikap, ide, dan harapan) dalam mewujudkan tingkah laku. Secara khusus, hal-hal yang terjadi dalam alam kesadaran (kognisi) dipelajari oleh aliran ini sehingga besar pengaruhnya terutama dalam mempelajari hubungan antar manusia (Psikologi Sosial). Diantara tokohnya adalah F. Heider dan L. Fertinger.
       Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yang besar pengaruhnya dalam perkembangan psikologi hingga sekarang, perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater), seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak kurang pentingnya dalam menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud-lah (1856-1939) yang dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa. Karena Psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa yang terjadi di dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka Psikoanalisa dikenal juga sebagai “Psikologi Dalam (Depth Pshology)”.
     Sekian terima kesih, semoga bermanfaat…

tiroaly@gmail.com

KODE ETIK GURU INDONESIA





KODE ETIK GURU INDONESIA

1.         Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang Pancasilais dan agamis.
2.         Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3.         Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4.         Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5.         Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolah maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6.         Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
7.         Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8.         Guru secara bersama-sama memelihara, mcmbina, dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9.         Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.



Kamis, 03 September 2015

Alakoh Halal Bihalal Alumni Dan Santri Al falah Ploso Mojo Kediri Banyuwangi

Alakoh Halal Bihalal Alumni Dan Santri Al falah Ploso Mojo Kediri
Banyuwangi 2013

        Alakoh adalah suatu hubungan yang di lakukan antara satu orang dengan yang lainya karena untuk mempererat tali silaturahmi antara sesama muslim, bahkan non muslim. hal seperti ini di lakukan karena hanya untuk menambah iman dan ketakwaan karena melakukan salah satu sunah rosulullah SWT.
       Apalagi alakoh yang dilakukan antara murid dengan sang gurunya itu sangat penting bahkan seakan-akan wajib, karena kalau masih ada hubungan seorang murid dengan gurunya itu pastinya ilmu itu pasti akan tetap terhubung dengan gurunya meskipun sudah tidak bersama-sama mempelajari ilmu murid itu tadi akan tetapi kalau dia masih mau menyambung dengan gurunya pasti ilmu yang dia pelajari pastinya akan lebih bermanfaat dan barokah baginya, maka dari itu kalau menjadi seorang murid mari jangan sampai melupakan terhadap gurunya apalagi sampai tidak mau sowan atau silaturahmi kepadanya, bukankah itu merupakan perkara yang tidak layak bagi seorang murid,,, na'udubillahi min dalik.
       

Selasa, 01 September 2015

LATGAB Saka Wanabakti BWI 2014 Rowo Bayu




                      Latihan Gabungan Saka Wanabakti Sejawa Timur Rowo Bayu 
      Songgon Bayuwangi 2014

      Latihan Gabungan adalah suatu kegiatan yang di lakukan secara bersama-sama antara satu organisasi atau beda organisasi secara serentak dan di penuhi kebersamaan dan semangan yang akhirnya mendapatkan pengalaman yang berbeda dari organisasinya sendiri, LATGAB ini diadakan agat satuan karya yang satu dan  yang lainya itu bisa saling menukar pengalaman dan mendapatkan tambahnya wawasan dalam bidang kehuanan yang akhirnya sang generasi penerus bisa ikut serta menjaga dan melestarikan hutan yang sebagai salah satu sumber kehidupan sekarang maupun di masa depan yang akhirnya anak cucu kita dapat ikut serta menikmati keindahan dan sumber kehidupan hutan...