Membentuk Karakter Komitmen Terhadap Agama
A.
Pengertian
membentuk Karakter
1)
Membentuk
Membentuk ialah
segala sesuatu yang dilakukan guru dengan melalui pengajaran, bimbingan,
pengetahuan, pelaksanaa dan kebiasaan. Pendidikan karakter ialah segala sesuatu
yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Dalam hal
membentuk watak peserta didik (Pakmahan, 2011 : 4).
2)
Karakter
Dalam
kamus besar Indonesia, Karakter yang
berarti tabi’at, watak, kebiasaan, yang dimiliki oleh individu yang relatif
tetap ( Departemen Pendidikan Nasional, 2003 :
506.).
Sedangkan
karakter menurut istilah adalah hal-hal yang menunjuk kepada aplikasi
nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Walaupun istilah
karakter dapat menunjuk kepada karakter baik atau karakter buruk, namun aplikasinya orang
dikatakan berkarakter jika mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam
perilakunya. Sementara yang berperilaku buruk seperti tidak amanah, tidak
bertanggung jawab, mementingkan diri sendiri dikatakan sebagai orang yang
berkarakter buruk (Sunarti dkk, 2004 :75).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah sesuatu yang timbul dari diri seseorang yang diaktualisasikan
sehingga terbentuk sebuah tingkah laku, baik tingkah laku buruk maupun baik. Dari
terbentuknya tingkah laku tersebut dapat disebut sebuah kepribadian atau watak
seseorang.
Adapun yang
dimaksud karakter dalam penelitian ini ialah membentuk sifat, watak serta
tingkah laku yang baik, dan teguh pendirian sehingga di jadikan sebuah
kepribadian. Khususnya meliputi : komitmen terhadap agama ( mengimani agamanya,
memperdalam ilmu agama dll) serta berahlakul karimah ( baik kepada Allah,
kepada sesama, maupun kepada lingkungan).
B. Karakter Komitmen Terhadap Agama
1)
Pengertian kometmen dan Agama
Dalam kamus ilmiah populer
Indonesia, komitmen ialah kesatuan janji; kesepakatan ( bersama ) (Partanto dkk
1994 : 352).
Sedangkan Agama, berdasarkan sudut pandang
kebahasaan-bahasa Indonesia pada umum-“agama” dianggap sebagai kata yang
berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “tidak kacau”. Agama di ambil dari
dua akar suku kata, yaitu a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “kacau”.
Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur
kehidupan manusia agar tidak kacau (Kahmad, 2009 :13 ).
Dalam bahasa arab, agama dikenal
dengan kata Al-Din dan Al-Millah. Kata Al-Din sendiri
mengandung berbagai arti. Ia dapat diartikan Almulk ( kerajaan ), Al-Hikmah
( pelayanan ), Al-Izz ( kejayaan ), Al-Dzull ( kehinaan ), Al-Ikrar
( pemaksaan ) Al-Qahr Wa Al-Sultan ( kekuasaan dan pemerintahan ) Al-Tadzallul
Wa Al-Khudhu’ ( tunduk dan patuh ), Al-Tatha’at ( taat ), Al-Islam
Al-Tauhid ( penyerahan dan pengesaan tuhan ) (Kahmad, 2009 :13 ).
Sedangkan
pengertian agama secara istilah dapat diketahui adanya empat unsur dari agama.
Pertama unsur kepercayaan adanya kekuatan gaib yang dalam ajaran Islam di sebut
adanya tuhan (Allah ). Dialah yang mennciptakan manusia, memiliki berbagai
sifat kesempurnaan dan terhindar dari sifat kekurangan. Kedua, unsur keyakinan bahwa
kesejahtraan manusia, baik di dunia maupun di akhirat, sangat ditentukan oleh
hubungan baik oleh manusia dengan kekuatan baik tersebut. Ketiga, respon emosional yang dalam hal ini dapat mengambil bentuk
perasaan takut sebagaimana yang dijumpai agama primif, dan bentuk perasaan
cinta sebagaimana yang dijumpai dalam agama Islam. Keempat, adanya sesuatu yang
dipandang suci, sakral dan dihormati, seperti kitab suci, tempat ibadah dan
peralatan untuk beribadah, benda-benda yang ada hubungannya dengan peribadatan
dan sebagainya (Shaleh,2006 :4-5).
2)
KomitmenTerhadap Agama
Seorang muslim harus komitmen
terhadap Agamanya. Manusia sebagai makhluk religius, tentunya berkewajiban
memperlakukan agamanya sebagai suatu kebenaran yang harus dipatuhi dan
diyakini. Segala aspek kehidupan manusia yang landasannya sudah di atur di
dalam agama, dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mempunyai arah
yang jelas dan tidak lepas dari kendali agama. Oleh karena itu sebagai seorang
muslim, sudah seyogianya harus mempunyai sense of belonging ( rasa
memiliki ) dan komitmen ( keterikatan diri ) terhadap ajaran Islam sebagai
konsekuensi dari keimanannya (Alim, 2006
: 113).
Adapun komitmen terhadap Agama dalam
penelitian ini, mencakup lima aspek
pertama, mengimani agama, kedua memperdalam ilmu agamanya, ketiga, mengamalkan
ajaran agama, keempat mendakwahkan agamanya, kelima, sabar dalam beragama.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:
a)
Mengimani
Agamanya
Seorang muslim harus meyakini, meyakini bahwa agama yang dianutnya
merupakan kebenaran yang mutlak dan sempurna untuk dijadikan pedoman hidup dari
segala aspek kehidupannya. Dengan iman,
seseorang akan memiliki identitas yang jelas dan tidak kabur. Di samping itu Islam,
Islam melalui Rasulullah SAW mengajarkan dan mengingatkan kepada orang-orang
yang beriman untuk senantiasa waspada dalam menghadapi berbagai tantangan hidup
yang pasti akan dihadapi. Sebagaimana dalam hadis yang artinya sebagai berikut
:
: Setiap orang mukmin itu ( dalam
kehidupan sehari-hari ) selalu menghadapi lima macam tantangan besar yaitu :
orang mukmin yang hasud (iri hati) terhadapnya, orang munafik yang benci
kepadanya, orang kafir yang memeranginya, dan hawa nafu yang menghapus prestasi
yang dicapainya ( Alim, 2006 : 113).
Hadis tersebut yang mengingatkan
kepada orang-orang yang beriman akan adanya lima macam tantangan yang harus
dihadapi, yaitu :
·
Tantangan
dari seorang muslim sendiri yang kurang senang terhadap perkembangan dan
kemajuan agamanya.
·
Tantangan
dari orang munafik yang pura-pura baik di hadapan umat Islam.
·
Tantangan
dari orang kafir yang selalu berupanya memerangi umat Islam di muka bumi ini.
·
Tantangan
yang berupa menyesatkan dan menjerumuskan umat Islam ke dalam langkah-langkah
setan, dan.
·
Tantangan
dari hawa nafsu sendiri yang selalu berusaha mengalahkan pertimbangan akal
sehat dan hati nurani yang suci.
b)
Mendalami
Agamanya
Menuntut ilmu ( mendalami Agamanya ) adalah tugas suci yang termasuk amanat
Allah, dan harus dilaksanakan oleh setiap orang, banyak ayat Al-qur’an maupun
Hadis yang menganjurkan kepada manusia supaya mempelajari ( mendalami )
agamanya. Dalam Hadis misalnya disebutkan
bahwa :
عن ابى هريرة رضي الله عنه قال, قال
رسول الله عليه وسلم,... مَنْ سَلَكَ طَريقاً يَلتَمِسُ فِيه عِلماً ، سَهَّلَ الله
لَهُ بِهِ طَريقاً إلى الجَنَّة...
(رواه البخارى)
(رواه البخارى)
“barang siapa
menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dengan ilmunya Allah akan
mempermudah jalan kesurga” (Ahmad bin Ali, 1379 : 174).
Atau sebuah hadis yang
menyatakan :
عن ابى اطيقه تر سف ابن سليما قال,
اطْلُبوْا
الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ , رواه ابن ادى
Dari adi atiqah tarihan ibn sulaiman,
berkata “tuntutlah ilmu walau ke negeri cina”. Hr ibn Adi.
Berdasarkan hadis di atas, dapat di
ambil pelajaran bahwa :
·
Menuntut
ilmu ( termasuk di dalamnya agama ) merupakan perintah Allah.
·
Menutut
ilmu sama pentingnya dengan berjihad.
·
Dengan ilmu
pengetahuan manusia, manusia dapat memelihara diri dari kesesatan dan
keterbelakangan.
·
Dengan
ilmu pengetahuan, manusia akan mencapai kebahagiaan.
·
Ilmu
pengetahuan yang baik dan berguna dapat dicari di mana saja, dan.
·
Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan (Alim,
2006 : 114).
c)
Mengamalkan
ajaran Agamanya
Seorang muslim harus mengamalkan
ajaran agamanya orang Islam setelah mengimani dan mendalami agamanya, maka
selanjutnya wajib merealisasikan keimanan itu dalam bentuk amal perbuatan
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
d)
Mendakwahkan
Agamanya
Seorang muslim harus mendakwahkan
agamanya. Agama yang sudah dipelajari, harus di amalkan dan juga harus di
dakwahkan atau disampaikan kepada orang lain.
e)
Sabar
dalam beragama
Seorang muslim harus sabar dalam
beragama setiap muslim harus bersabar, tabah lahir batin dan tahan uji dalam
menerima segala resiko tersebut (Alim, 2006 : 113).