Pentingnya Pendidikan
Bagi Anak
Pentingnya pendidikan telah ditegaskan dalam agama Islam sejak turunnya
ayat pertama yaitu:
اِقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ(1) خَلَقَ اْلإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ(2) اِقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ(4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ(5)...
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah
yang Maha Pemurah, yang mengajarkan (manusia)”.
Itulah ayat yang pertama turun pada Nabi Muhammad Saw ketika berkhalwat di
goa Hira, yang menyangkut dengan perintah membaca. Landasan atau dasar hukum mengenai belajar
banyak sekali ditemukan dalam Al-Qur`an maupun hadits, seperti firman Allah
dalam surat Az-Zumar ayat 9:
قُلْ هَلْ
يَسْتَوِي الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ إِنَّمِا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ
(الزمر:9)
Artinya:“Katakanlah (Ya Muhammad), tidaklah sama
antara orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, sesungguhnya orang yang
memiliki akan pikiran adalah orang yang dapat memberi pelajaran.(Al-Zumar:
9).
Ayat di atas menegaskan bahwa orang yang berilmu tersebut tidak sama dengan
orang yang tidak berilmu, karena hanya orang yang berilmulah yang dapat
menerima pelajaran.
Adapun dasar hukum wajib belajar dalam hadis adalah:
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: طَلَبُ اْلْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ (رواه
البخارى ومسلم)
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Saw
bersabda: menuntut ilmu itu wajib bagi setiap kaum muslim dan kaum muslimah (HR. Bukhari dan
Muslim).[1]
Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ اِبْنُ
عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَا اْلأَخِرَةِ فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَامَعًا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (رواه أحمد)
Artinya: “Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw bersabda:
siapa yang ingin meraih kehidupan dunia dengan baik maka harus dengan ilmu,
begitu juga siapa yang ingin meraih kesuksesan di akhirat maha juga harus
dengan ilmu, dan siapa saja yang ingin meraih kedua-duanya, maka harus dengan
ilmu (HR. Ahmad).[2]
Hadits di atas menjelaskan bahwa, ilmu adalah
segala-galanya dan wajib dituntut oleh kaum muslimin dan muslimah serta siapa
saja yang ingin mencari kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Dua
kebahagiaan tersebut baru bisa dicapai adalah dengan ilmu (pendidikan). Karena
kebahagiaan merupakan tujuan setiap manusia, Seseorang yang menempuh jalan
kebahagiaan berarti sedang menuju pada kesempurnaan. Menurut Ibn Bajjah
Kebahagiaan adalah jika seseorang
telah mencapai dalam hidupnya martabat ilmu atau hikmah atau keberanian atau
kemuliaan dan ia sendiri sadar sebagai seseorang yang berilmu, bijaksana,
berani atau mulia, lalu ia berbuat sesuatu dengan apa yang diketahuinya, tanpa
ria dan tanpa mengharapkan keuntungan apapun. Maka itu ia merasa ketenteraman
batin dan mengetahui hakikat hidup dan wujud itu.[3]
Berdasarkan
kutipan di atas maka kebahagiaan itu ialah apabila seseorang telah mencapai
tujuan hidupnya dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari berdasarkan ilmu
sehingga ia menjadi orang yang bijaksana, beramal mulia dan bermartabat.
Dalam Islam kebutuhan seseorang terhadap pendidikan bukanlah hanya sekedar
mengembangkan aspek individual dan sosial yang bersifat mementingkan
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik saja, akan tetapi juga untuk
mengarahkan naluri agama yang telah ada
dalam setiap diri anak, karena pada dasarnya setiap jiwa manusia itu telah
disirami dengan nilai-nilai agama Islam. Naluri agama yang dimiliki oleh
manusia untuk melangsungkan kehidupannya di dunia ini merupakan suatu pedoman
yang harus di tanamkan kepada anak sejak dini, sehingga proses pendidikan adalah
untuk mengembangkan potensi agama tersebut ke arah yang sebenarnya.[4]
Pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak tidak mungkin tumbuh dan berkembang
baik tanpa adanya latihan dan bimbingan yang bersifat mendidik. Pendidikan
tersebut menyangkut dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani
anak. Pendidikan secara umum dimulai pada usia 9 (sembilan) sampai dengan 15
(lima belas) tahun.
Sudirman, N. mengatakan bahwa:
Belajar adalah pendidikan bagi seseorang. Pendidikan sendiri adalah
terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie asal katanya adalah pais
yang artinya anak dan again yang terjemahannya membimbing, dengan
demikian paedagogie berarti bimbingan yang diberikan pada anak.
Dalam perkembangan selanjutnya pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental.[5]
Sudah jelas bahwa arti pendidikan itu adalah proses pendewasaan seseorang
yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak didiknya melalui proses
pendidikan baik formal maupun non formal.
Pendapat lain menerangkan bahwa pendidikan itu adalah usaha mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatan serta
kehidupan di alam sekitarnya.[6]
Dalam hal ini anak-anak dididik cara bergaul dengan masyarakat dan
lingkungannya. Sehingga anak akan mampu mengemban tanggung jawab kepemimpinan
masa depan yang sukses. Kalau pendidikan anak diperhatikan dengan benar, maka dapat
diharapkan di kemudian hari akan muncul generasi baru yang berkualitas, sehat
fisik dan akalnya, sempurna akhlaknya serta mampu melaksanakan dan mengemban
cita-cita orang tua dan bangsa secara bertanggung jawab.
Anak ketika pertama dilahirkan ke permukaan bumi ini dalam keadaan lemah
dan bodoh, tidak tahu apa-apa sehingga memerlukan kepada bantuan orang lain
untuk mendidiknya hal ini sebagaimana firman Allah Swt:
وَاللهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَتِكُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ شَيْئًا...(النحل: 78)
Artinya:
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu sedangkan kamu tidak
mengetahui apa-apa”, (QS. An-Nahl: 78).
Ayat di atas menyatakan bahwa manusia dilahirkan ke bumi ini dalam keadaan
lemah dan tidak mengetahui apa-apa. Kelemahan manusia itu harus dikembangkan
melalui proses pendidikan secara kontinu mulai dari masa kanak-kanak sampai
dewasa bahkan sampai manusia itu meninggalkan dunia fana ini. Seperti yang ditegaskan
Rasulullah Saw dalam hadisnya:
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أُطْلُبُوا اْلعِلْمِ مِنَ اْلمَهْدِ اِلَى الْلَحْدِ (رواه البخارى
والمسلم)
Artinya:
“Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah Saw berkata: Tuntutlah ilmu
mulai dari ayunan hingga ke liang lahad”. (HR. Bukhari dan Muslim).[7]
Hadis di atas memberi pengertian bahwa pendidikan itu tidak mengenal usia, mulai
semenjak dalam ayunan (kanak-kanak) pendidikan sudah diberikan hingga umur
beranjak dewasa. Berakhirnya masa dewasa bukan berarti berakhir pula
pendidikan, karena Islam berprinsip bahwa pendidikan manusia berakhir setelah
berpisahnya roh dari badan. Hal ini di pahami dari hadis di atas yang
menyatakan bahwa pendidikan tersebut dimulai dari ayunan hingga ke liang lahad.
Bantuan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak
adalah untuk mengembangkan potensinya menjadi manusia dewasa yang dapat
mengemban tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dari itu bagaimanapun
terbelakangnya peradaban suatu masyarakat tersebut pasti berlangsung suatu
proses pendidikan. Tapi maju mundurnya tingkat pendidikan itu berbeda-beda
menurut perkembangan peradaban suatu masyarakat.
Pendidikan itu sudah ada semenjak manusia itu ada, karena pada hakikatnya
pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengembangkan potensi dalam dirinya.
Setiap individu akan berbeda tingkat perkembangan potensinya, sejauh mana ia
memahami perbedaan dalam hidupnya, dari tidak bisa berjalan menjadi bisa
berjalan, dari kecil menjadi besar dan dari sukar menjadi mudah. Sehingga kekuatan
potensinya akan mempengaruhi pada seluruh aspek kehidupannya.
Mhd. Tabrani. ZA mengemukakan bahwa:
Pendidikan berkembang dari yang sederhana (primitif) yang berlangsung dalam
zaman di mana manusia masih berada dalam ruang lingkup kehidupan yang serba
sederhana. Tujuan-tujuannya pun amat terbatas pada hal-hal yang bersifat
survival (pertahanan hidup terhadap ancaman alam sekitar).[8]
Pendapat di atas menyatakan bahwa, pendidikan dimulai dari yang sederhana,
yaitu pendidikan yang diberikan kepada anak harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisinya. Pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan keterampilan,
melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan teoretis dan praktis
berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah. Kemampuan konsepsional demikian
berpusat pada pengembangan kecerdasan manusia itu sendiri. Oleh karena itu
faktor daya pikir manusia menjadi penggerak terhadap daya-daya lainnya untuk
menciptakan peradaban dan kebudayaan yang semakin maju.
Pendidikan adalah suatu hal yang amat esensial dalam perkembangan anak-anak
dalam menuju kedewasaannya. Pendidikan yang utama pada dasarnya adalah
penanaman nilai-nilai akhlak yang terpuji ke dalam jiwa anak sejak kecil hingga
menjadi dewasa, sehingga dalam menghadapi kehidupannya di tengah masyarakat
memiliki kemampuan dan keterampilan serta berakhlak mulia.[9]
Pendidikan sangat menentukan diri anak dalam perkembangannya menuju ke arah
yang lebih baik. Apalagi di zaman modern ini yang segala sesuatu dapat berubah
dengan serba cepat adalah berkat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), sehingga dapat menciptakan bermacam-macam alat yang canggih.
Bahkan kecepatan alat itu dapat mengalahkan kecepatan manusia itu sendiri.
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan individu anak.
Pendidikan adalah semacam investmen untuk menumbuhkan sumber-sumber
manusia yang tidak kurang nilainya dari investmen pada pertumbuhan
sumber-sumber material.[10]
Dalam hal ini Hasan Langgulung mengemukakan bahwa;
Di antara segi-segi pertumbuhan dan persiapan yang mungkin adalah membuka
dan mengembangkan serta memperkenalkan kepada anak akan hak-hak yang diberikan
oleh Tuhan sebagai individu di dalam suatu masyarakat Islam. Anak juga harus
disiapkan dengan sehat untuk menikmati dan memperkenalkan dengan bijaksana akan
hak-hak itu, memikul kewajiban, tanggung jawab dengan penuh kemampuan, juga
untuk mengadakan hubungan sosial yang berhasil dan kehidupan ekonomi yang
produktif.[11]
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa anak-anak dalam pertumbuhannya harus
dipersiapkan dengan sematang mungkin dengan pendidikan untuk mengembangkan
dirinya sebagai seorang muslim yang tidak hanya mementingkan hak saja melainkan
juga mengetahui tentang kewajibannya terhadap Tuhan.
Islam mengaku akan pentingnya pendidikan bagi anak sebagai salah satu
tujuan pokok yang dituju oleh individu atau masyarakat untuk membinanya. Begitu
juga sebagai salah satu alat kemajuan dan ketinggian bagi individu dan
masyarakat, yang merupakan langkah pertama untuk membina keterampilan dan sikap
yang diinginkan pada diri anak ke arah yang lebih baik.[12]
Pendidikan secara langsung merupakan dasar pembentukan kepribadian,
kemajuan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kemajuan kehidupan sosial
pada umumnya. Ilmu pengetahuan telah menjadi dasar perkembangan teknologi serta
menjadi tulang punggung pembangunan dan kehidupan modern dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup umat manusia.
Mengingat pentingnya pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mempunyai andil besar dalam memberikan makna yang sangat tinggi kepada
pembangunan bagi kesejahteraan umat manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan,
maka dirasa sangat dominan pentingnya pendidikan bagi anak sebagai suatu usaha
untuk memberikan bekal kepada anak agar ia pada suatu ketika dalam hidupnya
dapat berdiri dan dapat memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya.
M. Noor Syam mengemukakan bahwa: Pendidikan adalah suatu usaha manusia
untuk membina kepribadian anak sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat
dan budaya.[13]
Berdasarkan pendapat di atas, pendidikan adalah mengantarkan anak yang
belum dewasa ke tingkat kedewasaannya. Sesudah tingkat ini tercapai orang
beranggapan bahwa usaha pendidikan yang menjadi tugas orang tua dan guru akan
berakhir. Kemudian anak yang sudah dewasa itu dianggap mampu atas kekuatan
sendiri tanpa bantuan orang lain dalam menghadapi segala sesuatu dalam
hidupnya. Dan atas dasar pendidikan yang telah diperolehnya si anak berusaha
sendiri mencari pemecahan untuk segala kesulitan yang dijumpainya dalam perjalanan
hidupnya.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat berarti dalam kehidupan anak,
karena dengan pendidikan anak dalam kiprahnya di dunia ini dapat berbuat
banyak. Melalui pendidikan pula anak nantinya berhasil memecahkan segala
persoalan yang ia hadapi, maka ia akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baru yang akan bermanfaat di dalam perjalanan hidupnya.
Apalagi di zaman globalisasi ini di mana munculnya berbagai gejala serta
masalah yang menuntut berpikir secara global. Di era globalisasi ini umat manusia
dituntut menggantikan pola-pola berpikir yang bersifat nasional semata-mata
kepada pola-pola berpikir yang bercakupan dunia, bermoral tinggi dan berakhlak
mulia.[14]
Dengan demikian pentingnya pendidikan bagi anak adalah suatu hal yang amat
esensial dalam perkembangan menuju kedewasaannya. Pendidikan yang utama pada
dasarnya adalah penanaman nilai-nilai akhlak yang terpuji ke dalam jiwa anak
sejak kecil hingga menjadi dewasa, sehingga dalam menghadapi kehidupannya di
tengah masyarakat memiliki kemampuan dan keterampilan serta berakhlak mulia.
Pendidikan formal dapat mendidik kedisiplinan anak dan sangat berpengaruh
dalam pendidikan anak itu sendiri sehingga terjadi keselarasan antara
pendidikan di dalam keluarga dengan sekolah dalam hal menanamkan suatu
kebiasaan-kebiasaan dan budi pekerti yang baik.
[1] Muslim
Ibn Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Bukhari, terj. Muhajir, juz. III (Bandung:
Dahlan, t.t.), hal. 1312
[3] Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam
(Jakarta : Bulan Bintang. 1992) h. 140
[4]
Abdurrahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hal. 152
[5]
Sudirman, N.dkk. Ilmu Pendidikan, cet. III (bandung: Remaja Karya,
1989), hal. 4
[7] Muslim
Ibn Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Bukhari,…hal. 1318
[8] Mhd.
Tabrani. ZA, Kajian Ilmu Pendidikan Islam (Selangor: Al-Jenderami Press,
2005), hal. 2
[9] Mhd.
Tabrani. ZA, Kajian…, hal. 63
[10] Irawati
Istadi, Istimewakan Setiap Anak (Jakarta: Pustaka Inti, 2005), hal 54
[11] Hasan
Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, cet. II, (Jakarta: Pustaka
Al-Husna, 1988), hal. 34-35
[12] Hasan
Langgulung, Azas-Azas… hal. 71
[13] M. Noor
Syam, Pengantar Dasar-Dasar kependidikan, cet. I (Surabaya: Usaha
Nasional, 1980), hal. 2
[14]
Farmadi, (Kumpulan Makalah Seminar Pendidikan), Pendidikan Islam di Zaman
Modern (Selangor: Al-Jenderami Press, 2005), hal. 254