Label

Minggu, 08 November 2015

Perkembangan Bakat Siswa



Perkembangan Bakat Siswa

Perkembangan merupakan sesuatu langkah perubahan atau bertambahnya sesuatu dari semula. Perkembangan sebagai hasil dari pengaruh lingkungan dan lingkungan terhadap anak selagi ia, merupakan faktor yang menjadi dasar bagi proses belajar.
Anak pada masa perkembangan perlu adanya pendidikan, latihan dan lingkungan yang dapat mempengaruhinya, namun dalam hal ini para aliran-aliran berpendapat mengenai perkembangan .
      Hafi Anshari (2003 :68-87) mengatakan sebagai berikut :
1.    Aliran nativisme
Berpendapat bahawa perkembangan seseorang anak ditentukan oleh pembawaannya sendiri-sendiri. Anak pada waktu dilahirkan telah mempunyai pembawaan. Selanjutnya anak itu akan berkembang sesuai dengan pembawaan yang ada pada dirinya masing-masing. Pendidikan tidak kuasa pada perkembangan anak-anak.
2.    Aliran naturalisme
Berpendapat bahwa anak itu dilahirkan dengan naturnya sendiri-sendiri, dengan sifatnya yang sendiri-sendiri sesuai dengan alamnya sendiri. Aliran ini pula berpendapat bahwa pendidikan dalam lingkungan adalah bersifat negative yang akan merusak saja.
3.    Aliran predistinasi
Berpendapat bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh lingkungannya ata pendidikannya dan pengalaman yang diterima sejak lahir. Manusia-manusia dapat dididik apa saja ( ke arah yang baik maupun kea rah yang buruk ) menurut kehendak lingkungan atau pendidikan.
4.    Aliran Empirisme
Berpendapat bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh lingkungannya ata pendidikannya dan pengalaman yang diterima sejak lahir. Manusia-manusia dapat dididik apa saja ( ke arah yang baik maupun kea rah yang buruk ) menurut kehendak lingkungan atau pendidikan
5.    Airan Konvergensi
Berpendapat bahwa perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh pembawaan saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan (Anshari, tt:68-87).
Diantara pendapat-pendapat diatas satu sama lain berbeda, kalau kita lihat sepintas sepertinya saling bertentangan dan saling mempertahankan pendapatnya sendiri, di antara pendapat para ahli yang diikuti dan diakui kebenarannya adalah pendapat yang kelima yakni aliran konvergensi yang tokohnya adalah Wiliam Stern, dimana ia mengatakan bahwa anak ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan.
Pola tingkah laku seseorang pada mulanya bersifat umum, namun dengan majunya pertumbuhan terjadilah perkembangan masing-masing dengan fungsi yang tidak bersamaan. Menurut Soemanto mengatakan bahwa dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak harus dapat mengusahakan beberapa hal:
1.    Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
2.    Motivasi kegiatan anak untuk belajar
3.    Membimbing perkembangan anak kearah perkembangan optimal (Utomo, 2007:58)
Dari itu jelas bahwa perkembangan seseorang berlangsung dalam tempo tetrtentu yang tidak mesti satu dengan yang lain, sebab dalam masa perkembangan akan mendapt motivasi, bimbingan dan arahan yang dapat berbeda pula.
Bakat mempunyai persamaan kata dengan pembawaan, akan tetapi pembawaan akan mempunyai arti yang lebih luas dari bakat karena pembawaan mencakup semua sifat, diri, dan kesanggupan yang dibawa dari lahir, sedangkan pengertian bakat hanya meliputi kesanggupan tertentu yang dimiliki.
Sc. Utami Munandar mengatakan bahwa bakat ( aptitude ) pada umumnya diartikan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar terwujud (Munandar, 2005:17).   Sedangkan Ahmadi (2004:78) berpendapat bahwa bakat (aptitude) adalah potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir.
Kalau kita tarik suatu pengertian dari pendapat tersebut di atas bahwa bakat adalah merupakan suatu kemampuan yang dibawa sejak lahir (pembawaan) mengenai kesanggupan/ potensi tertentu yang masih perlu adanya latihan dan pendidikan agar tercapai dengan maksimal.
Dalam hal ini orang tua berperan untuk menuntun anak-anaknya dalam meraih sesuatu karena pembawaan kemampuan/ insting seseorang anak itu perlu dibimbing dan diarahkan sesuai dengan sifat-sifat dan pembawaannya.
Untuk itu kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang anak itu perlu adanya latihan, sedangkan latihan buth adanya bimbingan dan arahan yang akan mengantarkan pada tujuan pencapaian kepada kesempurnaan bakat anak yang dimiliki sejak lahir.
Walaupun manusia itu dapat dan sanggup memilih serta menentukan sesuai dengan dirinya dengan bebas, namun faktor lingkungan dan bawaan harus tetap diperhatikan.
Poerwanto mengatakan :
“Proses perkembangan tidak hanya ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi orang tua . Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya sendiri turut menentukan atau memainkan peran juga. Hasil perkembangan anak tidak mungkin  dibaca dari pembawaannya dan lingkungan saja. Sebagai kesimpulan ; Jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun, yang oleh aktivitas dan pemilihan dan penentuan manusia itu sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu, berkembang menjadi sifat-sifat” (Ngalim Purwanto, 2004:61).
Dalam meraih suatu keberhasilan seseorang karena beberapa faktor yang mendukungnya antar lain; faktor bakat yang dimilikinya, keadaan lingkungan yang mendukung dan dorongan dari orang lain terutama orang tua. Semua itu saling berhubungan sebab hal itu bisa jadi satru penghambat, apabila satu sama lain tidak sejalan. Seperti tanpa adanya suatu dorongan dari orang tua maka bakat atau kemampuan yang dimiliki akan terhambat oleh keinginan orang tua yang tidak sejalan dengan potensi yang dimiliki seorang anak. Dan juga dalam hal ini yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan keberadaan dirinya sendiri yakni percaya diri seperti aktivitas atau minat terhadap sesuatu, karena dalam rangka mencapai sesuatu prestasi itu perlu adanya keuletan untuk mengahadapi sesuatu nyg menjadi penghalang.
Kemampuan bakat yang dimiliki tiap orang itu berbeda, dalam pembedaan ini terletak pada kemampuan dan jenis bakat yang dimilikinya. Seperti anak yang berbakat menjadi seorang pemimpin ada yang di bidang keterampilan dan kesenian dan sebagainya.
Dan juga dalam perkembangan bakat ini terletak pada tingkat pemilihan bakat tertentu, dapat kita contohkan seseorang yang memiliki bakat dalam seni suara maka dapat diperkirakan berprestasi apabila hal itu ditopang dengan latihan pendidikan dan motivasi serta lingkungan yang mendukungnya. Dari itu dapat dikatakan bahwa bakat manusia tergantung pada kondisi dan kesempatan yang didapat dari linkungan keluarga atau masyarakat, sebab hal ini bisa jadi menghambat  pertumbuhan secara optimal terhadap aktivitas dalam mengembangkan bakatv yang dimiliki.
Bagai anak yang berbakat dalam bidang tertentu maka ia akan mudah dengan menguasai faktor-faktor yang mendukungnya, sebab bagi anak yang tidak mempunyai bakat dalam mewujudkan sesuatu yang diinginkan sulit untuk mencapai dengan maksimal sekalipun didukung oleh berbagai elemen baik itu lingkungan keluarga, latihan , pendidikan dan sebagainya.
Sedangkan menurut Munandar yang dinamakan anak yang berbakat yaitu mereka yang diidentifikasikan oleh orang-orang professional di mana anak tersebut karena kemampuannya yang sangat menunjuk dapat memberikan prestasi yang sangat tinggi (Munandar, 2005:7).
Dari pendapat tersebut di atas maka yang berpotensi dalam bakat harus juga meliputi mereka yang berpotensi dalam bakat, walaupun bakat-bakat tersebut belum diwujudkan dalam bentuk prestasi, selanjutnya dapat dikatakan bahwa anak yang berbakat itu pada dasarnya telah memiliki karakteristik atau indikator sebagai cirri-ciri tersebut kemungkinan besar sama dengan anak biasa, hanya saja anak yang berbakat lebih unggul dari cirri-ciri tersebut.
Bakat yang dimiliki seseorang itu berbeda-beda ada yang bersifat fisik dan non fisik (intelektual) sebagai berikut :
1.    Olahraga
Dalam kamus bahasa Indonesia Poerwadarminta (2004:684) mengartikan olah raga adalah latihan gerak bada untuk menguatkan dan menyehatkan badan, seperti senam, sepak bola, renang, lari dan sebagainya.
Olah raga di sini merupakan salah satu bentuk pendidikan jasmani yang berkenaan dengan pertumbuhan dan kesehatan, dalam hidup kesehatan jasmani dibutuhkan oleh setiap manusia sebab dengan adanya tubuh yang sehat dapat beraktivitas dan berkreatifitas dengan baik, untuk itu dalam olah raga ini dapat memlihara kesehatan badan.
Di samping itu olah raga sebagai tujuan prestasi dari berbagai jenia seperti; senam, sepak bola, dan sebagainya. Dalam meraih suatu prestasi dalam olah raga harus mempunyai kemampuan, untuk itu kemampuan bakat yang dimiliki seorang anak pada salah satu bidang perlu dikembangkan agar mencapai prestasi yang maksimal.
Hal itu butuh adanya latihan, pendidikan, bimbingan dan arahan yang memiliki bakat adalah orang tua. Dengan bantuan orang lain atau lingkungan yang juga menjadi faktor pendukung dan mengantar anak tersebut dalam mencapai prestasi dari bakat yang dimilikinya.
Pertumbuhan, kesehatan dan prestasi kaitannya dengan perkembangan hidup anak, dari situ ia akan mengambil satu hikmah dan belajar hidup untuk menghadapi berbagai persoalan, baik menyangkut dirinya sendiri maupun orang lain. Di samping itu olah raga secara Islami dalam arti olah raga yang di dalamnya tidak bertentangan dengan syri’at Islam. Untuk itu kita bisa menempatkan diri dan menunjukkan bahwa orang Islam bisa atau mampu melakukan yang terabit dalam olah raga, ini sekiranya tetap berpegang teguh pada syari’at Islam.
2.    Kesenian
Kesenian adalah sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, sedangkan macaam-macam bentuk keseniana itu antara lain seni suara, seni lukis dan lain-lain.
Dalam bakat seni yang dimiliki sati sama lain beda, begitu pula dalam penguasaan bakat dalam  kesenian. Tandatanda anak yang memiliki kemampuan, seperti dalam hal tarik suara misalnya menyanyi, maka anak yang berbakat dalam bidang menyanyi ini tidak akan langsung dapat menguasai dan berprestasi, akan tetapi butuh adanya pendidikan latihan dan kesempatan.
Kesenian di sini berkaitan dengan keindahan, sedangkan tingi rendahnya perasaan keindahan pada anak dan orang dewasa itu satu sama lain berbeda. Dalam hal ini dimaksudkan agar anak merasakan dan mencintai segala sesuatu yang indah dan selalu ingin berbuat dan berlaku sesuai dengan norma-norma kerindahan.
3.    Keterampilan
Poerwadarminta (2004:1088) mengatakan bahwa keterampilan adalah kecekatan, kecakapan, kemampuan untuk melaksanakan sesuatu dengan baik dan cermat.    
Dalam setiap anak kemampuan di bidang keterampilan berbeda-beda. Untuk itu anak yang mempunyai bakat dalam bidang keterampilan perlu dilatih, dibina dan diarahkan dengan baik, sebab tanpa adanya bimbingan dan arahan  belum tentu bahkan menjadikan kemampuan bakatnya tidak akan pernah tercapai dengan baik. Sedangkan jenis keterampilan itu terbagi berbagai macam, di antaranya; kerajinan tangan, menjahit, mengetik, memahat, dan sebagainya.
4.    Kepemimpinan
Bakat kepemimpinan merupaka bakat intelektual, mempunyai maksud mengembangkan daya fikir (kecerdasan) dan menambah pengetahuan anak-anak. Bagi seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin terdapat tanda-tanda yakni tidak mudah putus asa, suka memecahkan persoalan, sering membentuk kelompok yang ia pimpin sendiri dan sebagainya.
Anak yang memiliki kemampuan di bidang kepemimpinan tentu harus banyak mendapat bimbingan dan arahan yang cukup agar anak tersebut dapat menyalurkan bakat yang ia miliki, sudah tentu yang paling banyak mengerti tentang anak berbakat dalam bidang ini orang tua, untuk itu sebagai orang tua harus tidak lepas untuk mengamati dan memberikan latihan-latihan dan bimbingan terhadap anak tersebut.
Salah satu unsur pendidikan adalah anak, oleh karena itu anak merupakan faktor terpenting dalam pendidikan, dengan demikian segala potensi dan sifatnya terpendam dapat direalisasikan dalam pendidikan, baik itu dalam pendidikan keluarga maupun sekolah. 
Anak merupakan sasran pendidikan, dalam hal ini dimaksudkan adalah setiap orang yang  belum dewasa jasmani akan tetapi belum dewasa rohaninya, yang masih mebutuhkan adanya bimbingan dan arahan dari orang lain yakni pendidik.
Bahwasanya seseorang anak selalu akan berkembang, sedangkan perkembangan tersebut memang layak banyak faktor yang akan mempengaruhinya. Dalam perkembangan yang dialami manusia, menurut Anshari ada dua faktor :
a.    Faktor perkembangan yang umum bagi tiap-tiap manusia. Faktor ini dikatakan pula dengan perlengkapan-perlengkapan dasar yang dibawa oleh orang tua dan nenek moyangnya yang berupa sifat-sifat dan keadaan-keadaan tertentu yang diwarisi olehmereka, mislnya bentuk jasmani, warna kulit, bentuk tubuh, rambut, watak dan sebagainya .
b.    Faktor pengaruh yang ada di luar diri manusia seperti iklim, makanan, teman bergaul, keadaan orang tua di post natal (setelah ia dilahirkan) maupu prenatal (waktu dalam kandungan) yang semuanya dapat menghambat dan menebalkan perkembangan dasarnya (Anshari 2003:83-84).
Dalam pendidikan kemampuan-kemampuan, pengalam sifat-sifat pribadinya sangat dibutuhkan, sebab seorang pendidik yang mampu lebih cakap dan lebih pengalaman, maka hasil yang dicapai lebih baik dibandingkan dengan pendidik yang kurang dalam pengalamannya. Akan tetapi dalam hal proses pendidikan anak didik juga turut andil, karena siswa sebagai sasaran pengembangan pendidikan.
Mengajar bukan tugas yang gampang bagi guru, dalam mengajar guru berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk yang hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadai manusia dewasa yang sadar akan tanggung jawab dirinya sendiri, kepribadian bermoral.
Seorang guru dan siswa hubungannya sangat erat sekali, oleh karena itu guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa harus jelas sesuai dengan kemampuan siswanya.
Sebagai seorang guru harus banyak mengerti perubahan-perubahan yang terjadi pada siswanya, baik itu mengenai perubahan tentang kejiwaan, watak maupun tingkah laku seorang siswa. Sebab hal itu merupakan suatu hal pokok bagi seorang guru untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam mendidik.
Di samping itu guru harus memperhatikan dan memikirkan hubungan antara setiap mata pelajaran, begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu pengetahuan itu saling berkaitan namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi harus dipikirkan sebab akibatnya.
Juga seorang guru dalam proses pendidikan guru perlu menumbuhkan kreativitas dan berfikir siswa. Penerimaan pendidikan dengan aktivitas siswa tidak akan berlalu begitu saja, akan tetapi dipikirkan dan diolah kemudian dikeluarkan kembali dalam kenyataan, mengajukanpendapat yang menimbulkan diskusi.
Ikatan seoarang pendidik dengan siswa sangat erat, oleh karena itu kedewasaan, mengerti baik buruknya adalah juga tergantung dari cara pendidikannya.

Sabtu, 07 November 2015

Tentang Motivasi Orang Tua


1.   Pengertian
Motivasi merupakan kebutuhan atau keadaan yang ada dalam pribadi seseorang yang mendorong individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Sehubungan dengan pembicaraan mengenai motivasi diatas maka motivasi berasal dari kata “Motive” yang dalam psikologi berarti tenaga yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. (Witherington, 2009:42).
Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Biggs dan Telfer (dalam Dimyati, 2003:80) Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan  prilaku manusia, termasuk prilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan dan menyalurkan dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.
 Dari pendapat kedua pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang diberikan kepada seseorang untuk menggiatkan dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki serta memberikan arah yang jelas terhadap tujuan yang hendak dicapai karena kebutuhan yang  terpenuhi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan bahwa orang tua adalah ayah, ibu, orang yang dianggap tua (cerdik) pandai, ahli dan  sebagainya atau orang yang dihormati. (Poerwadarminta, 2004 : 668)
Orang tua (ayah dan ibu) menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik adalah kodrati. Begitu sepasang suami istri dikaruniai anak, begitu pula sebutan orang tua sebagai pendidik diberikan. Dengan kesadaran yang mendalam disertai rasa cinta kasih. Orang tua mengasuh dan mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab. Orang tua sering pula disebut sebagai pendidik kodrati atau pendidik asli, dan berperan dalam lingkungan pendidikan informal atau keluarga.  (Ahmadi, 2004 : 241).
Dari pengertian  di atas menunjukkan sebagai orang tua  disamping berkewajiban melindungi dan menjadikannya ia dewasa (jasmani dan rohaninya) juga bertanggung jawab atas kelangsungan pendidikan kepada anak-anaknya .
Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Purwanto   (2004:124) yang mengatakan bahwa:
"Sudah sewajarnya bahwa keluarga terutama orang tua, memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih sayang. Perasaan kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orang tua untuk mendidik anak-anaknya timbul secara alami, tidak karena dipaksa ataupun disuruh oleh orang lain. Demikian pula, parasaan kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya adalah kasih sayang sejati".
Memadukan pengertian motivasi dan orang tua berdasarkan pendapat di atas, maka motivasi orang tua dalam belajar berarti dorongan belajar yang diberikan orang tua dengan menyediakan kondisi-kondisi tertentu untuk mengubah tingkah laku di sekitar suasana belajar dan sebagai cara untuk menggiatkan aktivitas belajar di rumah maupun di sekolah sebagai usaha untuk meningkatkan mutu belajar anak. Karena motivasi belajar merupakan sifat abadi. Maka orang tua dapat membantu untuk mengembangkannya. Seperti halnya mereka akan menanamkan keberanian atas kepercayaan diri dalam diri seorang anak. (Wlodkowski, 2004:33).
Motivasi dalam pengertian di atas adalah penting bagi anak aktivitas belajar. Motivasi itu akan berfungsi sebagai daya penggerak di dalam diri anak yang akan menjamin kelangsungan dari aktivitas belajar anak. Disamping itu motivasi belajar akan memberikan arah kepada tujuan belajar yang diinginkan. Oleh karena itu  aktivitas anak perlu dimotivasi oleh orang tua sehingga anak semangat dalam belajarnya.
2.    Macam-macam Motivasi
Ibrahim (2003:28) mengatakan bahwa motivasi terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a.    Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirancang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi ini muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan yang esensial atau seremonial. Namun terbentuknya motivasi intrinsik itu, biasanya orang lain juga memegang peranan, maka biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari luar khususnya orang tua telah ikut menanam kesadaran itu.
Hal-hal yang dapat membangkitkan motivasi intrinsik antara lain:
1)    Minat
Motivasi muncul karena adanya minat sehingga tepatlah minat merupakan alat motivasi yang pokok. Minat ini dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a)    Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b)    Menghubungkan adanya pengalaman yang lampau
c)    Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
2)    Cita-cita
Cita-cita merupakan tujuan hidup. Tujuan hidup adalah pendorong yang kuat bagi manusia untuk berusaha dalam meraih cita-cita sehingga belajarnya terdorong akan lebih giat.
3)    Hasrat ingin tahu
Dengan hasrat ini mendorong anak untuk belajar dengan giat, ini dibuktikan dengan pertanyaan yang diajukan oleh anak-anak menandakan akan adanya hasrat ingin tahu.
b.    Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang berada di luar perbuatan atau tidak ada hubungan langsung  dengan perbuatan yang dilakukannya, tetapi menjadi penyertanya. (Ibrahim, 2003: 28) Motivasi ini mendukung sekali dalam kegiatan belajar terutama bagi siswa yang kurang perhatian terhadap pelajaran.
Oleh karena itu motivasi ekstrensik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrensik antara lain:
1)    Saingan/Kompetensi
Persaingan sebenarnya adalah berdasarkan kepada dorongan untuk kedudukan dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan  dan perkembangan. Tugas guru disini adalah harus mengarahkan siswa agar bersaing secara wajar atau positif.
2)    Imbalan
Imbalan merupakan alat pendidikan refresif yang bersifat positif, imbalan juga merupakan alam motivasi yang dapat menjadikan pendorong bagi siswa untuk belajar lebih giat.
Dalam memberi imbalan harus disesuaikan dengan prestasi siswa, imbalan bisa berupa pujian, hadiah, benda penghargaan penghormatan dan sebagainya.
3)    Hukuman
Hukuman dapat dijadikan pendorong siswa untuk lebih giat belajar bila diberikan secara tepat dan bijak. Tetapi di dalam menghukum anak harus diingat:
a)    Hukuman diberikan dalam jalinan rasa kasih sayang. Jangan terdorong oleh rasa marah dan dendam.
b)    Hukuman harus mampu menginsyafkan atau memperbaiki kesalahan.
c)    Hukuman harus yang setimpal atau adil.
d)    Jauhi memberi hukuman badan.
Dengan demikian hukuman ditinjau dari fungsinya sebagai alat pendidikan maupun sebagai alat motivasi. Kedua-duanya mempunyai nilai positif terhadap proses pelaksanaan pendidikan.
3.    Tujuan Pemberian Motivasi Orang Tua Terhadap Anak
Adanya motivasi atau dorongan yang menjiwai hubungan orang tua dan anak merupakan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya. Pemeberian motivasi ini kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. (Hasbullah, 2003:44)
Dari pernyataan di atas bahwa orang tua selalu bertanggung jawab dalam memberikan motivasi anak-anaknya. Motivasi ini bertujuan untuk menggerakkan anaknya melakukan sesuatu sehingga dapat menjadi tujuan tertentu.
Seperti dikatakan oleh Purwanto bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. (Purwanto, 2004:73)
Selanjutnya Purwanto (2004:71) lebih rinci menjelaskan tujuan motivasi antara lain:
a.    Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak yang memberikan energi (tenaga) kepada seseorang untuk melakukan tugas.
b.    Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.
c.     Menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu (2004:71).
Dari pendapat tersebut di atas, bahwa setiap tindakan orang tua dalam memotivasi anak mempunyai tujuan tertentu. Tindakan motivasi akan lebih berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi.
4.    Bentuk-bentuk Motivasi Orang Tua dalam Belajar Anak
Di dalam kegiatan belajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi orang tua dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan bagi anak dalam melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dilakukan orang tua terhadap belajar anak, antara lain:
a.    Mengawasi Kegiatan Belajar Anak
Pentingnya pendidikan di dalam keluarga merupakan konsekuensi dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya. (Soebahar, 2002: 116). Hal ini diwujudkan dalam pengawasan orang tua terhadap kegiatan anak. Pengawasan yang kurang, bisa menimbulkan kecenderungan adanya kebebasan yang mutlak pada anak, hal ini dapat merugikan bagi anak itu sendiri. Pengawasan itu bukan berarti menghambat atau menekan, tetapi mendorong kearah kesadaran sendiri. Karena itu pengawasan akan berkurang apabila kita telah mewujudkan rasa tanggung jawab belajar.
b.    Mengenal Kesulitan Belajar Anak
Dalam belajar sering kali ada hal-hal yang menjadikan (akibat) kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan yang dapat menghambat kemajuan belajar. Kegagalan atau keterlambatan kemajuan belajar tersebut ada hal-hal yang menyebabkannya.
Dengan mengenal kesulitan belajar anak, maka orang tua dapat membantu mengatasi kesulitan belajar yang sedang dihadapi anak. Untuk mengenal kesulitan-kesulitan tersebut, orang tua dapat menanyakan langsung kepada anaknya, apakah ada materi pelajaran yang sulit diikuti  atau orang tua menanyakan kepada guru tentang kesulitan belajarnya.
c.     Membimbing Mengatasi Kesulitan Belajar Anak
Problem yang berkaitan  dengan aktivitas belajar  hendaknya selalu diperhatikan, dipikirkan dan dipecahkan karena anak adalah pihak yang  dididik, diarahkan yang  diharapkan baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. (Anshari, 2003: 83). Hal ini dapai diwujudkan dengan membimbing orang tua ketika anak mengalami  kesulitan belajar. Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut maka orang tua dapat melakukan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan atau orang tua meminta bantuan orang lain yang dipandang mampu mengatasi kesulitan anak-anaknya, misalnya dengan les privat dan sebagainya.
Di sinilah bimbingan orang tua memegang peranan penting, anak yang mengalami kesulitan-kesulitan di atas dengan memberikan  bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua  akan sangat mempengaruhi keeberhasilan bimbingan tersebut.
d.    Mengatur Waktu Belajar
Sangat penting sekali bagi orang tua  untuk mengatur waktu belajar anak di rumah. Sebagaimana dimaklumi bahwa sebagian besar waktu anak adalah di rumah.
Seperti dikatakan oleh Witherington (2009:161) “Bahwa keteraturan waktu anak penting dalam belajar, karena mengatur waktu adalah pekerjaan yang sangat sukar bagi anak-anak, dan inipun bukan pekerjaan yang mudah bagi orang dewasa”.
Mengatur waktu belajar anak di rumah adalah menjatah dari sekian waktu yang ada untuk kepentingan belajar anak secukupnya, disamping sebagian untuk bermain, refresing dan mengerjakan tugas-tugas lainnya.
Mengatur waktu belajar dipandang sangat perlu karena tugas-tugas dan pekerjaan rumah sangat kompleks sekali yang kerap kali orang tua melibatkan anaknya untuk bekerja pada waktu yang tidak menentu. Keteraturan belajar anak penting karena di dalam belajar, anak membutuhkan waktu yang tepat dan cukup untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang dipelajarinya. Untuk itu maka perlu adanya jadwal waktu belajar bagi anak demi tercapainya keberhasilan yang optimal.
         Disamping penjatahan waktu belajar tersebut sebagai tindak lanjut orang tua adalah mengawasi waktu belajarnya. Karena dengan pengawasan tersebut, orang tua akan tahu apakah anaknya dapat menggunakan waktu dengan baik dan teratur.

Jumat, 06 November 2015

Pendidikan Agama Islam Dengan Internalisai Nilai-nilai Agama



Pendidikan Agama Islam Dengan Internalisai Nilai-nilai Agama
1.     Korelasi Pendidikan Agama Islam dengan Internalisai Nilai-nilai Personal Relegius
Pendidikan Agama Islam yang diberikan dalam lembaga sekolah terdiri dari beberapa bagian pokok ajaran agama Islam yang meliputi unsur-unsur keimanan/akidah, ibadah, Al-Qur’an, akhlaq, muamalat, syari’at dan sejarah Islam.
Beberapa unsur pokok dalam Pendidikan Agama Islam tersebut merupakan suatu usaha yang sistematis, terencana dan terprogram untuk mencapai tujuan agama Islam yakni meningkatkan dan membangkitkan kemampuan dan kesadaran dalam mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama Islam yang secara reflek muncul dari dalam diri pribadinya karena menyadari bahwa ia adalah makhluk yang beragama dan akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya kelak dihari akherat.
Dengan adanya peningkatan dan pembangkitan kemampuan dan kesadaran mengamalkan nilai-nilai agama yang timbul dari dalam dirinya tanpa ada pengaruh dari selain dirinya, yakni sifat taat dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah, maka Pendidikan Agama Islam telah mampu berperan atau berkorelasi terhadap keberhasilan Pendidikan Agama Islam berupa penginternalisasian nilai-nilai personal relegius.

2. Korelasi Pendidikan Agama Islam dengan Internalisai Nilai-nilai sosial Relegius
Peningkatan dan kesadaran beragama sebagaimana tujuan Pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah yakni dengan penguasaan bahan-bahan ajar Pendidikan Agama Islam berupa imbalan prestasi dan hukuman belajar harus memberikan dampak psikologis terhadap kesadaran ibadah yang bersifat pribadi (hablumminallah) dan memberikan kesadaran dan pemahaman akan ibadah yang terkait dengan kehidupan sosial (hablumminannas).

        Dengan demikian dengan adanya peningkatan dan pembangkitan kemampuan dan kesadaran mengamalkan nilai-nilai agama yang ditimbulkan dari Pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah telah mampu berperan atau berkorelasi terhadap keberhasilan Pendidikan Agama Islam berupa penginternalisasian nilai-nilai sosial relegius.