Faktor-faktor yang Menimbulkan Motivasi Belajar
Diantara faktor-faktor yang
menimbulkan motivasi belajar:
a. Menjelaskan kepada siswa, mengapa suatu bidang
studi dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan apa manfaatnya untuk kehidupan
anak.
b. Mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman di
luar sekolah sepanjang memungkinkan
c. Menunjukkan antusiasme dalam mengajar materi yang
dipegang dan menggunakan prosedur mengajar yang relevan.
d. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah
sebagai tugas yang tidak harus menekan. Sehingga siswa mempunyai gairah belajar yang
menyelesaikan tugas sebaik mungkin.
e. Menciptakan iklim kondisip dalam kelas (sesuai
dengan kebutuhan siswa), untuk menghindari kegagalan, apalagi siswa yang
cenderung takut gagal. Hal ini berarti ada siswa yang ditantang dan ada yang
dituntut.
f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat
mungkin dan mengembalikan tugas PR setelah dikoreksi (Kandii Masyrif, 2003:76).
Dari uraian diatas
dapat dimengerti bahwa motivasi bisa tumbuh dari siswa karena adanya
dorongan-dorongan atau keinginan yang dilatar belakangi oleh
kebutuhan-kebutuhan, sedangkan kebutuhan itu meliputi : Kebutuhan Primer dan
skunder
Secara umum,
kebutuhan-kebutuhan yang mendasari motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan skunder.
Kebutuhan primer
adalah kebutuhan-kebutuhan dasar untuk mempertahankan hidup, kebutuhan primer
di sini di antaranya :
a. Kebutuhan untuk makan, minum dan menghirup
oksigen.
b. Kebutuhan reproduksi
c. Kebutuhan akan rasa aman
d. Kebutuhan untuk mengenal dirinya dan lingkungannya
e. Kebutuhan akan rangsangan minimal dari lingkungan
Kebutuhan skunder
adalah kebutuhan-kebutuhan yang dipelajari, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi,
pada dasarnya kehidupan organisme tidak terancam. Diantaranya yang paling
banyak ditekuni akhir-akhir ini adalah kebutuhan akan kekuasaan, popularitas,
uang dan status (Irwanto, et.al, 2002:196).
Jadi kebutuhan
merupakan faktor yang dapat menggerakkan siswa atau untuk menumbuhkan motivasi
dalam melakukan sesuatu yang terarah, khususnya dalam perkembangan perilaku
siswa. Faktor tersebut tidak cukup untuk mencapai perkembangan perilaku siswa
yang sesuai dengan yang diharapkan, karena masih banyak faktor lain sebagai
pendukung perkembangan perilaku tersebut, diantaranya adanya siswa oleh
karenanya hal itu sebagai solusi utama untuk membimbing siswa dan mengarahkan,
akan tetapi jika hal itu tidak efektif maka perlu adanya teknik-teknik baru
untuk memotivasi siswa diantaranya: Teknik memotivasi berdasarkan teori
kebutuhan antara lain :
a. Pemberian Penghargaan atau ganjaran
Teknik ini dianggap
berhasil apabila menumbuh kembangkan minat siswa.
b. Pemberian angka atau grade
William Glasser dalam
School Without Failure (1969) menyatakan :
“Karena grade atau
angka itu lebih banyak menekankan kegagalan dari pada keberhasilan dan karena
kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya
menyarankan system pelaporan kemajuan siswa yang keseluruhannya menghilangkan
kegagalan".
c. Kompetisi dan kooperasi
Ada tiga jenis perasingan yang efektif
:
1) Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya
sering menimbulkan semangat persaingan.
2) Kompetisi kelompok, yaitu dimana setiap anggota dapat
memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok serta
merupakan motivasi yang sangat kuat.
3) Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan
catatan tentang prestasi terdahulu, dan
merupakan motivasi yang efektif.
Dari uraian diatas
dapat diambil pengertian bahwa tumbuhnya motivasi pada diri seseorang tidak
dengan sendirinya melainkan ada faktor lain dari luar diri anak, hal tersebut
seiring dengan firman Allah swt. yang berbunyi :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُون )آل عمران/104(
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang yang beruntung. (QS. Ali Imron :104) (Depag RI., 1994: 70)
Dari ayat tersebut
dapat dipahami bahwa motivasi belajar dapat diperoleh melalui interaksi dengan
siswa yang lain, baik berupa tukar pikiran, tukar pendapat, tukar pengalaman
atau majelis ta’lim, hal ini banyak sekali pengaruhnya terhadap diri siswa.