Label

Selasa, 02 Februari 2016

Faktor-faktor yang Menimbulkan Motivasi Belajar


                                             Faktor-faktor yang Menimbulkan Motivasi Belajar
 
Diantara faktor-faktor yang menimbulkan motivasi belajar:
a.       Menjelaskan kepada siswa, mengapa suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan apa manfaatnya untuk kehidupan anak.
b.      Mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman di luar sekolah sepanjang memungkinkan
c.       Menunjukkan antusiasme dalam mengajar materi yang dipegang dan menggunakan prosedur mengajar yang relevan.
d.      Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai tugas yang tidak harus menekan. Sehingga  siswa mempunyai gairah belajar yang menyelesaikan tugas sebaik mungkin.
e.       Menciptakan iklim kondisip dalam kelas (sesuai dengan kebutuhan siswa), untuk menghindari kegagalan, apalagi siswa yang cenderung takut gagal. Hal ini berarti ada siswa yang ditantang dan ada yang dituntut.
f.       Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin dan mengembalikan tugas PR setelah dikoreksi (Kandii Masyrif, 2003:76).
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa motivasi bisa tumbuh dari siswa karena adanya dorongan-dorongan atau keinginan yang dilatar belakangi oleh kebutuhan-kebutuhan, sedangkan kebutuhan itu meliputi : Kebutuhan Primer dan skunder
Secara umum, kebutuhan-kebutuhan yang mendasari motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan skunder.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan-kebutuhan dasar untuk mempertahankan hidup, kebutuhan primer di sini di antaranya :
a.       Kebutuhan untuk makan, minum dan menghirup oksigen.
b.      Kebutuhan reproduksi
c.       Kebutuhan akan rasa aman
d.      Kebutuhan untuk mengenal dirinya dan lingkungannya
e.       Kebutuhan akan rangsangan minimal dari lingkungan
Kebutuhan skunder adalah kebutuhan-kebutuhan yang dipelajari, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, pada dasarnya kehidupan organisme tidak terancam. Diantaranya yang paling banyak ditekuni akhir-akhir ini adalah kebutuhan akan kekuasaan, popularitas, uang dan status (Irwanto, et.al, 2002:196).
Jadi kebutuhan merupakan faktor yang dapat menggerakkan siswa atau untuk menumbuhkan motivasi dalam melakukan sesuatu yang terarah, khususnya dalam perkembangan perilaku siswa. Faktor tersebut tidak cukup untuk mencapai perkembangan perilaku siswa yang sesuai dengan yang diharapkan, karena masih banyak faktor lain sebagai pendukung perkembangan perilaku tersebut, diantaranya adanya siswa oleh karenanya hal itu sebagai solusi utama untuk membimbing siswa dan mengarahkan, akan tetapi jika hal itu tidak efektif maka perlu adanya teknik-teknik baru untuk memotivasi siswa diantaranya: Teknik memotivasi berdasarkan teori kebutuhan antara lain :
a.       Pemberian Penghargaan atau ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil apabila menumbuh kembangkan minat siswa.
b.      Pemberian angka atau grade
William Glasser dalam School Without Failure (1969) menyatakan :
“Karena grade atau angka itu lebih banyak menekankan kegagalan dari pada keberhasilan dan karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan system pelaporan kemajuan siswa yang keseluruhannya menghilangkan kegagalan".
c.       Kompetisi dan kooperasi
Ada tiga jenis perasingan yang efektif :
1)      Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
2)      Kompetisi kelompok, yaitu dimana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok serta merupakan motivasi yang sangat kuat.
3)      Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dan merupakan motivasi yang efektif.
Dari uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa tumbuhnya motivasi pada diri seseorang tidak dengan sendirinya melainkan ada faktor lain dari luar diri anak, hal tersebut seiring dengan firman Allah swt. yang berbunyi :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون )آل عمران/104(

Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang yang beruntung. (QS. Ali Imron :104) (Depag RI., 1994: 70)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa motivasi belajar dapat diperoleh melalui interaksi dengan siswa yang lain, baik berupa tukar pikiran, tukar pendapat, tukar pengalaman atau majelis ta’lim, hal ini banyak sekali pengaruhnya terhadap diri siswa.

Senin, 01 Februari 2016

Pengertian Dan Fungsi Motivasi Guru



                                                 Pengertian Dan Fungsi Motivasi Guru
1.    Pengertian Motivasi Guru
Motivasi adalah dorongan atau dengan kata lain tujuan tindakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Eysenek dalam Dahlan Al-Barry berpendapat bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia yang merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya (Dahlan Al-Barry, 1994:486).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula berpangkal pada suatu keputusan rasional. Tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari kedua proses tersebut. Akan tetapi, terlepas dari apa yang menjadi sumbernya, perlu dicatat bahwa agak mengherankan bahwa sedikit sekali penelitian diadakan mengenai penguatan motivasi belajar, padahal memperkuat motivasi belajar jelas termasuk tugas pengajar.
Selama 50 tahun belakangan ini banyak penelitian diadakan oleh ahli pendidikan dan ilmu jiwa mengenai aspek pengenalan dalam pengajaran, tetapi hampir tidak ada penelitian tentang penguatan motivasi, kalaupun ada penelitian tentang penguatan motivasi itu biasa diadakan terhadap hewan dan anak kecil, dan tidak banyak relevansinya dengan tugas guru yang selalu dihadapkan kepada pengambilan keputusan mengenai pengorganisasian suatu tugas kegiatan belajar.
2.    Fungsi Motivasi
Dengan memperhatikan uraian di atas, motivasi berfungsi sebagai pendorong atau perangsang bagi seorang siswa untuk melakukan aktifitas belajar. Pelajaran akan berjalan dengan lancer, apabila disertai dengan motivasi dari siswa , sebaliknya siswa akan malas belajar dan gagal dalam belajar disebabkan tidak adanya motivasi.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi antara lain :
a.       Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi
b.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c.       Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mendapati tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2001:83).
Disinilah terlihat betapa pentingnya peranan motivasi di dalam proses belajar. Sehingga  siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar dan cepat memahami pelajaran serta siswa tak mudah putus asa ataupun gampang menyerah atas kesulitan dan kegagalan yang telah dialami dalam bangku sekolah sebab sudah tertanam kesadaran di dalam diri siswa I’tikad yang kuat dalam merealisasikan kesuksesan di dalam belajar dimana hal itu di latar belakangi oleh motivasi yang merupakan unsure psikologis manusi yang sangat penting dalam menggerakkan aktivitas lainnya.

Minggu, 31 Januari 2016

Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Keberhasilan Belajar

                    Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Keberhasilan Belajar.

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh sekolah, pola struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu mmenciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola keduanya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.
Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya (kompetensinya) melaksanakan berbagai peranan yang berdifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar (Oemar Hamalik, 2002:48)
Berhasil tidaknya pendidikan ditentukan juga oleh tanggung jawab guru sebagai pendidik. Setiap guru professional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru selaku pendidik bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai dan norma-norma kepada murid muridnya, sehingga  terjadi pemeliharaan nilai bahkan melalui proses pendidikan diusahakan munculnya nilai-nilai baru. Dalam proses ini pendidik berfungsi mencipta, memodifikasi dan menkonstruksi nilai-nilai baru.
Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawab apabila dia memiliki kompetensi yang dipadukan untuk itu. Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kompetensi. Setiap kompetensi itu dapat dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi yang lebih kecil lebih khusus diantaranya :
a.             Tanggung jawab moral
Setiap guru professional berkewajiban menanamkan moral dan nilai-nilai kepada anak didiknya, karena seseorang dinilai berhasil dalam studinya bukan hanya mempunyai bermacam-macam materi yang dipelajari di sekolah, tapi dia juga harus memiliki budi pekerti yang terpuji. 
b.      Tanggung jawab dalam pendidikan sekolah
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada siswa. Tanggung jawab ini haruslah direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar.
c.       Tanggung jawab dalam bidang keilmuan
Guru sebagai pendidik yang berfungsi memberikan ilmu, harus bertanggung jawab atas segala materi yang disampaikan, karena guru kalau mewariskan pelajaran yang salah, maka akan mengakibatkan fatal dan apabila siswa itu jadi guru dia juga akan mewariskan kesalahan dan demikian seterusnya.
Kompetensi dalam hal ini tidak hanya berperan untuk mendorong keberhasilan belajar siswa, tapi lebih jauh lagi untuk memberikan stimulus kepada siswa agar lebih agresif dan progresif dalam belajar, kompetensi guru merupakan pemilikian keterampilan sertakemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Oleh karena itu guru yang berkompeten akan dapat memberikan dampak atau warna secara langsung terhadap pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah, tidak hanya pada penguasaan materi dan teknologi serta seni tetapi juga terbentuknya intelegensi matangnya kepribadian dan berkembangnya kreatifitas sesuai dengan bakat dan minat siswa. Jelasnya kompetensi profesi guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.

Kamis, 14 Januari 2016

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar



                                                Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pemahaman dalam tingkah laku. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai, atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung sejauh mana seseorang itu melakukan perubahan. Keberhasilan belajar itu juga ditentukan dan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor.
Menurut pendapat H.M. Alisuf Sabri (1996:59), ada dua faktor penyebab yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Yang pertama faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa, yang kedua faktor eksternal yaitu faktor dari luar siswa.
a.       Faktor internal, adalah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi siswa, termasuk fisik atau mental atau psikofisiknya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.
b.      Faktor eksternal,adalah faktor yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat pelajaran yang tidak memadai, lingkungan keluarga yang tidak kondusif. Seperti terjadinya broken home, dan lingkungan sosial yang tidak memungkinkan seseorang untuk belajar dengan aktif.
Kedua faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi seseorang yang sedang belajar. Yang dimaksud mempengaruhi disini, karena faktor internal dan faktor eksternal dapat mendorong dan dapat pula menghambat seseorang yang sedang belajar. Dalam situasi belajar seseorang menghadapi motif dari luar dan dalam lingkungan untuk memperoleh pengalaman, atau secara singkat belajar itu ditentukan oleh adanya dua faktor tersebut (internal dan eksternal).
Muhibbin Syah (2000:132), di dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” mengklasifikasikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar sebagai berikut :
a.       Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa
b.      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan diluar atau disekitar siswa
c.       Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meiputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran
Adapun faktor yang berasal dari diri murid (internal) adalah:
a.       Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai kecerdasan yang tinggi maka secara potensial ia akan mendapat prestasi yang tinggi.
b.      Bakat
Bakat merupakan potensi atau kemampuan kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, maka akan menjadi kecakapan yang nyata, setiap mempunyai bakat yang berbeda, oleh karena itu kalau bakat ini diarahkan maka anak itu akan menjadi mahir dan cakap sesuai dengan bakatnya masing-masing.
c.       Minat dan perhatian
Minat dan perhatian mempunyai hubungan yang sangat erat, seseorang yang menaruh minat pada pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinu, baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya membangkitkan minat pada objek tersebut. 
d.      Motif
Dalam belajar hendaknya murid mempunyai motif belajar yang kuat. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bila motif tersebut berkurang, maka berkurang pulalah usaha dan kegiatan untuk mencapai prestasi yang tinggi.
e.       Kesehatan jasmani
Kondisi tubuh yang sehat memungkinkan kepada seseorang untuk belajar secara aktif dan efektif, seorang murid yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan tertentu dalam belajar, misalnya cepat lelah, merasa capek, malas dan sebagainya.
Adapun faktor yang berasal dari luar murid (eksternal) yaitu :
a.       Lingkungan
1)      Lingkungan alam
Kondisi alam pun mempengaruhi hasil belajar murid. Keadaan alam yang tenang dengan udara yang sejuk ikut mempengaruhi kesegaran jiwa murid, sehingga memungkinkan hasil belajarnya tinggi.
2)      Lingkungan keluarga
Keluarga mempunyai pengaruh baik terhadap keberhasilan belajar siswa, apabila keluarga itu (orang tua) memotivasi, merangsang, membimbing terhadap aktifitas belajar anaknya, hal ini memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, sebaliknya kalau orang tua tak acuh, ekonomi morat marit, atau suasana yang tegang karena orang tua selalu berselisih maka ini akan mengakibatkan fatal terhadap keberhasilan belajar anak.
3)      Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif, ramai dan gaduh juga akan menghambat kepada pencapaian prestasi anak. Sebaliknya kalau masyarakat dalam keadaan aman, semua anak-anak disekitar berpendidikan (bersekolah), maka dengan secara tidak langsung mndorong anak untuk ikut kepada lingkungan masyarakat yang berpendidikan. Karena disekelilingnya tidak seorang anakpun yang tidak bersekolah.
b.      Sekolah
Sekolah merupakan lembaga sosial yang secara aktif dan pasti mendukung kepada keberhasilan studi anak, karena secara otomatis guru dengan murid dalam kesehariannya sudah barang tentu guru sebagai pendidik akan mentransfer ilmunya, dan ikut merangsang kepada siswa dalam pencapaian prestasi yang tinggi.
Adapun faktor pendekatan belajar adalah :
a.    Cara belajar
Keberhasilan studi murid sangat dipengaruhi oleh cara belajarnya, ada cara belajar yang efisien dan adapula cara belajar yang tidak efisien, cara belajar efisien akan memungkinkan atas pencapaian prestasi yang maksimal, dan sebaliknya kalau cara-cara belajar yang kurang efektif akan mengakibatkan kepada terhambatnya pencapaian prestasi yang diinginkan.
b.    Peralatan belajar
Kelengkapan peralatan belajar, baik yang dimiliki guru maupun murid akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, kekurangan peralatan belajar dapat membawa akibat yang negative, misalkan murid tidak bisa belajar dengan baik, sehingga  murid sulit untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Sabtu, 02 Januari 2016

Proses dan Fase Belajar



                                                                  Proses dan Fase Belajar
a.       Definisi Proses Belajar
Proses adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa latin “Processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Jadi yang dimaksud proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa sebagai akibat pengalaman dan latihan. Proses belajar adalah situasi yang sebenarnya dan bereaksi dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai aspek situasi itu demi tujuan-tujuan yang nyata bagi pelajar (S. Nasution, 2000:99) 
b.      Fase-fase dalam proses belajar
Belajar merupakan aktifitas yang membutuhkan proses, sudah barang tentu di dalamnya mengalami perubahn-perubahan atau tahapan-tahapan yang mengarah kepada tingkat kematangan dan kedewasaan pelajar. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase dimana antara satu dengan lainnya saling berkaitan secara terpadu.
Menurut Jerome S. Brunner (1985) sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah, bahwa dalam proses belajar siswa menempuh tiga episode atau tiga fase yaitu : Fase informasi (tahap penerimaan materi), fase transformasi (tahap pengubahan materi), fase evaluasi (tahap penilaian materi) (Muhibbin Stah, 2000:113)
1)      Fase Informasi
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, adapula yang berfungsi menambah, memperhalus memperdalam pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki.
2)      Fase Transformasi
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai bimbingan dari guru yang kompeten.
3)      Fase Evaluasi
Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sampai sejauh manakah pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.