Label

Kamis, 22 Oktober 2015

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM SECARA ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOG

                                                                   MAKALAH
                            SISTEM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM SECARA ONTOLOGI,
                                                  EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI
                                                                              
                                                                           BAB I
                                                 PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
        Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh Barat Globalisasi Informasi yang membawa visi dan misi. Sekularisme: Suatu paham yang memisahkan dunia dan akhirat, memisahkan kehidupan dunia dan kehidupan agama. Pengamalan agama adalah masalah pribadi. Liberalisme: faham  freedom of choice  (kebebasan memilih) yang meliputi freedom of worship (kebebasan dalam hal peribadatan), ownership (kepemilikan),  politics (politik), and ekspression (berekspresi). Liberalisme ini juga melanda kepada keluarga, sehingga sangat sulit anggota keluarga diatur, dibimbing, disuruh beribadah dan lain-lain demi atas nama liberalisme. Hedonisme: kebahagiaan adalah kesenangan. Kesenangan itu berkat gerakan yang lemah gemulai, sedangkan rasa sakit berkat gerakan kasar. Kesenangan sesaat yang dinikmati itulah yang dihargai. Suatu perbuatan disebut baik sejauh dapat menyebabkan kesenangan dan memberi kenikmatan.
           Krisis etika dan moral sebagai akibat dari kurang efektifnya proses sosialisasi atau internalisasi sikap-sikap dan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran atau akibat dipisahkannya urusan agama dan dunia. Terjadinya inefisiensi eksternal berupa tidak dipakainya keluaran pendidikan Islam pada pasar tenaga kerja. Kalaupun dipakai, pekerjaan itu berbeda dengan pendidikan yang diperoleh di bangku kuliah (missmatch). Nilai-nilai Islam yang diberikan dalam lembaga pendidikan tidak sesuai dengan realitas sosial yang ada. Pembelajar menjadi bingung ketika nilai dan norma yang diterima di lembaga pendidikan sangat jauh berbeda dengan prilaku masyarakat. Krisis keteladanan dari pemegang kendali dalam masyarakat, seperti orang tua, tokoh masyarakat, pemerintah, dan para guru.Kurang sepadannya sistem penghargaan (reward system) masyarakat terhadap orang-orang yang mengamalkan ajaran agamanya.
      1.2  Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengidentifikasi hal-hal yang menjadi permasalahan, diantaranya:
1.       Apa pengertian filsafat?
2.       Dan bagai mana filsafat secara etimologi, epistimologi, dan ontolog ?

1.3  Maksud dan Tujuan Penyusunan
             Maksud  dari penyusunan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca mendapatkan gambaran tentang pandangan filsafat pendidikan terhadap manusia, agar mampu menyikapi dalam filsafat pendidikan Islam.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar penulis mampu mengaplikasikan yang dapat dipahami dalam makalah itu. Dan untuk yang membaca juga dapat memahami hal-hal yang kita tulis, bahas dan jelaskan dalam makalah ini.
                                                                    BAB II
                                          PEMBAHASAN

2.1    FILSAFAT SECARA GARIS BESAR
          Pengertian Filsafat  bias diartikan sebagai berikut:  (1) berpikir bebas, (2) radikal, (3) sistimatis dan (4) menyeluruh tentang sesuatu termasuk pendidikan Islam.
          Sedangkan pengertian filsafat pendsidikan adalah: Pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem filsafat/aliran-aliran filsafat atau (2) jawaban filosufis terhadap masalah pendidikan yg tidak bertentangan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam lapangan pendidikan.
a.       FUNGSI FPI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
           Teori umum bagi pendidikan, sepanjang filsafat pendidikan Islam tersebut mengarah pada apa dan bagai­mana seharusnya pendidikan itu baik dari segi teoritik maupun dari segi pelaksanaannya.
b.       PENGOLAHAN SUMBER FPI
-          Alquran
-          Sunnah
-          Hasil Ijtihad
           Khusus mengenai Ijtihad ini:Hasil kajian ilmiah yang betul mengenai watak manusia, pertumbuhan jasmani, intelektual, emosi, spritual, kebutuhan-kebutuhan dan proses pertumbuhannya. Nilai-nilai dan tradisi-tradisi sosial yang baik dan yang islami, yang tidak menghalangi kemajuan mengikuti semangat zaman dan keperluan-keperluan peradaban, sosial, ekonomi dan politik. Hasil-hasil penyelidikan dan kajian-kajian pendi­dikan dan psikologi yang berkaitan dengan sifat-sifat, proses pendidikan, dan tujuan-tujuan pendidikan dan fung­si-fungsinya sangat penting. Prinsip-prinsip yang menjadi dasar filsafat politik, ekonomi dan sosial yang dilaksanakan oleh negara, perjanjian-perjanjian, prinsip-prinsip organisasi regional dan internasional kemana bergabung negara Islam itu, selama perjanjian dan prinsip itu sesuai dengan prinsip­-prinsip Islam.
c.        FUNGSI FPI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
         Kritik terhadap asumsi-asumsi yang dipegangi oleh para pendidik dan tenaga kependidikan, jika pegangan filsafat pendidikannya tidak menjiwai nilai-nilai Islam baik dalam pembentukan teori, konsep maupun dalam proses praktiknya. Sangat tidak benar kalau pendidik tidak mempunyai filsafat pendidikan Islam sewaktu dia menjalankan tugas profesionalnya. Evaluasi terhadap kesenjangan-kesenjangan, pertentangan-pertentangan, antara teori dan praktiknya, antara satu teori dengan teori lainnya, antara satu metode dengan metode lainnya sehingga bila dapat ketidak cocokan, atau tidak sinkrun, maka dengan segera dapat diperbaiki.  Analisis terhadap konsep-konsep dan istilah-istilah pendidikan. Banyak istilah dalam lapangan pendidikan yang harus didefinisikan dan dikembangkan, ditafsirkan dan dianalisis. Agar istilah-istilah, konsep-konsep dan ide-ide yang berkembang itu sinkrun,  dan menjadi kesamaan persepsi di kalangan pendidikan dan tenaga kependidikan, maka perlu dianalisis, diselaraskan, dikaitkan satu dengan yang lain menjadi jalinan yang harmonis dan teratur. Normatif. Filsafat pendidi­kan dijadikan sebagai penentu arah, pedoman, petunjuk, pembimbing asas-asas, prinsip-prinsip, teori dan praktik pendidikan.
2.2 RUANG LINGKUP  FPI
1.     Ontologi (Metafisika) FPI
         Berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan. Maka Masalah-masalah dalam ruang lingkup FPI adalah: Metafisika (Ontologi): cabang filsafat yg ingin mencari dan menemukan hakikat dari sesuatu yang ada (being). Dalam Islam hal ini dibicarakan dalam Ilmu Tauhid. Dasar-dasar pembahasan metafisika ialah (1) Tuhan, manusia dan alam dilihat dari pendidikan Islam. Being ada dua:  menciptakan dan diciptakan, ada yg menyebabkan dan ada yang diakibatkan. Setiap proses penciptaan, selalu ada beberapa factor yg menentukan adanya penciptaan:
1) adanya pencipta (subyek)
2) adanya ciptaan (obyek)
3) adanya bahan yg dipakai
4) adanya tujuan
5) adanya proses (ruang dan waktu)
          Tahapan ada, yaitu ada yang konkrit dan ada abstrak (ghaib). Ada konkrit dapat dilihat, diraba, dirasa, diukur dlsb. Sedangkan ada abstrak hanya dapat dilihat dg penglihatan ghaib antara lain melalui konsep. Ada yg ada dapat disandarkan kepada eksistensi Tuhan dan ada disandarkan kepada eksistensi manusia. Jika terjadi konflik antara ada disandarkan kpd Tuhan dan ada disandarkan kpd manusia, dalam konsep Islam harus dimenangkan oleh Eksistensi Tuhan. Jika terjadi konflik antara otoritas manusia (kultur) terhadap alam (nature) maka seharusnya manusia tidak harus mempunyai otoritas mutlak terhadapnya. Karena manusia tidak terlibat mengadakan alam itu sendiri Yang Nyata (realitas) : sesuatu yang berada pada sesuatu yg merupakan bagian dari yg ada itu sendiri. Realitas selalu berdimensi ruang dan waktu, karenanya selalu mengandung pluralitas dan relativitas. Filsafat Islam memandang realitas pada hakikatnya adalah spiritual. Hakikat spritual dari relitas terdapat pada adanya dinamika dan perubahan, yang secara kodrati selalu terjadi dan akan terus terjadi, dan merupakan suatu sunnatullah.
2.      Epistemologi
          Metode memperoleh Ilmu secara umum: (1) melalui Kasbi/Khushuli dan (2) Ladunni/Khudhori.Kasbi: cara berpikir metodik, konsisten dan bertahap melalui proses observasi, research, eksprimen dan penemuan. Ladunni: proses pencerahan ruhaniyah manusia dan karenanya kehadiran cahaya Ilahi dalam qalbu manusia. Dengan sinaran Ilahiy, qalbu manusia dapat membaca dg jelas dan terserap dalam kesadaran intelek, seakan-akan orang memperoleh ilmu dari Tuhan Kebenaran Ilmu: ilmu yg kasbi relatif kebenarannya sedangkan ilmu Allah pasti kebenarannya.
Tujuan memperoleh Ilmu:
1) ilmu untuk kenikmatan.
 2) ilmu untuk ilmu.
 3) ilmu mengembangkan peradaban.
 4) ilmu untuk sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam Islam sebagai central poin ialah yang    keempat untuk memayungi tujuan 1,2 dan 3. Sarana Peroleh Ilmu: melalui inderawi dan potensi-potensi internal manusia (nafs, akal, qalb, dan lain-lain).
3.     Aksiologi
         Adalah: cabang filsafat mencari hakikat nilai-nilai (value). Nilai bisa  baik dan bisa pula jahat yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan tindakan seseorang (dataran aplikatif). Yang baik itu ialah ma’ruf dan yang jahat itu al-munkar.
Axiologi (Brameld) ada tiga sasaran yakni:
-          moral conduct (tindak moral) melahirkan Ethica
-          Esthetic expression (ekspresi keindahan) melahirkan Esthetika; dan
-          Socio-political life, (kehidupan sosia-politik), melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.
Hakikat baik dan jahat itu bersifat universal dan absolute. Etika social misalnya harus berprinsip persamaan dan kebersamaan; keadilan social; keterbukaan dan musyawarah. Etika agama membicarakan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan kebudayaan.
2.3 Tiga Nilai Fundamental dalam FPI:
-  Nilai Sentral: ialah berada pada wilayah titik pusat nilai yang menjadi sumber pengambilan keputusan    politik, hukum dan lainnya;
-  Nilai Sekuler: Sebagai penafsiran dan penerapan nilai sentral;
- Nilai Operasional yakni lahir dari tindakan sehari-hari yang merupakan pengewajanthan dari nilai sekuler. Nilai sentral (inti) dalam Islam ialah ma’rifatullah berupa iman dan tauhid dan mardatillah.
Ada tiga tauhid menurut Ibnu Taimiyah:
(1) tauhid Uluhiyah ialah bahwa Allah Maha Tunggal yang paling berhak di sembah, ditaati, dan dipatuhi;
(2) tauhid Rububiyah, ialah Allah yang Maha Esa itu yang menciptakan, mengatur perkara-perkaranya dan yang mendidiknya, dan
(3) tauhid al-Asma’ wa al-Sifah ialah bahwa tiap-tiap yang berlaku di alam ini bersumber dari perbuatan dan pengaturan Allah, dan kepada-Nya setiap kesudahan akhir, dan daripada-Nya pula bermula setiap sesuatu.
Nilai sekuler terdiri dari enam hubungan:
  1. Dengan Allah: ubudiyah dan istikhlaf;
  2. Dengan Masyarakat: ta’awun, ‘adalah dan ihsan;
  3. Kehidupan dunia: ibtila’
  4. Dengan Ilmu: hubungan fard} ‘ain dan kifayah
  5. Kehidupan akhirat: mas’uliyah dan jaza’
  6. Dg Alam: hubungan taskhir dan pembelajaran
  7. Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan antara hamba dengan Majikan, makhluk dan Khaliq, ciptaan dan Pencipta. Hubungan manusia dengan sesamanya hubungan adalah dan ihsan. Yakni hubungan patner yang mengemban amanah khalifah dari Tuhan; sederajat, sama-sama ciptaan dan karenanya sama dihadapan Tuhan kecuali tindak amal perbuatannya (taqwanya). Perbedaan hak dan kewajiban adalah karena perbedaan tugas dan profesinya sehingga melahirkan taklif (pembebanan) yang lebih. Maka dalam agama dikenal ada Wajib ‘ain dan wajib kifayah.
  8. Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan pengelola (pemimpin) dan yang dikelola (dipimpin). Alam merupakan medan emperik bagi manusia untuk kemakmuran manusia dan alam bagian dari dirinya. Kesalahan pengelolaan akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia.
  9. Hubungan manusia dengan ciptaannya (kebudayaan) adalah manusia pada dasarnya memegang otiritas dan kekuasaan yang penuh, artinya manusia bertanggungjawab untuk apa semua ciptaannya itu akan diperbuat, dan ciptaannya sepenuhnya bergantung pada manusia.Kebudayaan sebagai alat bukan sebagai yang dipertuhankan.
Nilai Operasional diwujudkan dalam:
  1. al-wajibat (hal-hal yang diwajibkan);
  2. al-mandubat (hal-hal yang disunatkan);
  3. Al-mahrumat (hal-hal yang diharamkan);
  4. Al-makruhat (hal-hal yang dimakruhkan);
5.       Al-jaizat (hal-hal yang diperbolehkan

                                                                          
                                        BAB III
                                      PENUTUP



3.1 Kesimpulan
         Pengertian Filsafat  bias diartikan sebagai berikut:  (1) berpikir bebas, (2) radikal, (3) sistimatis dan (4) menyeluruh tentang sesuatu termasuk pendidikan Islam.
          Sedangkan pengertian filsafat pendsidikan adalah: Pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem filsafat/aliran-aliran filsafat atau (2) jawaban filosufis terhadap masalah pendidikan yg tidak bertentangan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam lapangan pendidikan. . 
Sedangkan secara  Ontologi (Metafisika) FPI Berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan. Maka Masalah-masalah dalam ruang lingkup FPI adalah: Metafisika. Kalau secara  Epistemologi ialah Metode memperoleh Ilmu secara umum: (1) melalui Kasbi/Khushuli dan (2) Ladunni/Khudhori.Kasbi: cara berpikir metodik, konsisten dan bertahap melalui proses observasi, research, eksprimen dan penemuan. Dan secara . Aksiologi  adalah: cabang filsafat mencari hakikat nilai-nilai (value). Nilai bisa  baik dan bisa pula jahat yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan tindakan seseorang (dataran aplikatif).
3.2 Saran
             Sebagi manusia hendaknya kita melakukan sesuai apa-apa yang di perintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi yang dilarang. Karena kita diciptakan sempurna dari pada makhluk Allah yang lain.





DAFTAR PUSTAKA

Noor Syam, Mohammad, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya,1986, hal. 153
Ismai Raji’ Al-Faruqi, Islam dan Kebudayaan, Mizan, Bandung, 1984, hal. 37
Prof. DR. H. Ramayulis, DR. Samsul Nizar, MA, Filsafat pendidikan Islam, kalam mulia, Jakarta Pusat,  2009, hal. 48, 50, 57-59
Prof. Dr. H. Jalaludin, Teologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal 21
Brian Fay, Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Jendela, Yogyakarta, Cet. I, 2002, hal. 69


                                                                                      


                                                                                   MAKALAH
                              SISTEM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DARI SEGI ONTOLOGI,
                                                           EPISTEMOLOGI DAN EKSIOLOGI
                                   Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas
Mata Kuliah filsafat pendidikan islam
Dosen : Drs.H. SUBRAWI, M.Pd.I






STAI IBRAHIMY Genteng Banyuwangi Jawa Timur 

    Disusun Oleh :

                                                                   HASAN KHUBBILAH

                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar