MAKALAH
SISTEM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
SECARA ONTOLOGI,
EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikuasai oleh Barat Globalisasi Informasi yang membawa visi dan
misi. Sekularisme: Suatu
paham yang memisahkan dunia dan akhirat, memisahkan kehidupan dunia dan
kehidupan agama. Pengamalan agama adalah masalah pribadi. Liberalisme: faham freedom of choice (kebebasan memilih) yang meliputi freedom
of worship (kebebasan dalam hal peribadatan), ownership
(kepemilikan), politics (politik),
and ekspression (berekspresi). Liberalisme ini juga melanda kepada
keluarga, sehingga sangat sulit anggota keluarga diatur, dibimbing, disuruh
beribadah dan lain-lain demi atas nama liberalisme. Hedonisme: kebahagiaan adalah kesenangan. Kesenangan itu berkat
gerakan yang lemah gemulai, sedangkan rasa sakit berkat gerakan kasar.
Kesenangan sesaat yang dinikmati itulah yang dihargai. Suatu perbuatan disebut
baik sejauh dapat menyebabkan kesenangan dan memberi kenikmatan.
Krisis etika dan moral sebagai
akibat dari kurang efektifnya proses sosialisasi atau internalisasi sikap-sikap
dan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran atau akibat dipisahkannya
urusan agama dan dunia. Terjadinya inefisiensi eksternal berupa tidak dipakainya
keluaran pendidikan Islam pada pasar tenaga kerja. Kalaupun dipakai, pekerjaan
itu berbeda dengan pendidikan yang diperoleh di bangku kuliah (missmatch). Nilai-nilai
Islam yang diberikan dalam lembaga pendidikan tidak sesuai dengan realitas
sosial yang ada. Pembelajar menjadi bingung ketika nilai dan norma yang
diterima di lembaga pendidikan sangat jauh berbeda dengan prilaku masyarakat. Krisis
keteladanan dari pemegang kendali dalam masyarakat, seperti orang tua, tokoh
masyarakat, pemerintah, dan para guru.Kurang sepadannya sistem penghargaan (reward
system) masyarakat terhadap orang-orang yang mengamalkan ajaran agamanya.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis
mengidentifikasi hal-hal yang menjadi permasalahan, diantaranya:
1. Apa
pengertian filsafat?
2. Dan
bagai mana filsafat secara etimologi, epistimologi, dan ontolog ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penyusunan
Maksud
dari penyusunan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca mendapatkan
gambaran tentang pandangan filsafat pendidikan terhadap manusia, agar mampu
menyikapi dalam filsafat pendidikan Islam.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar
penulis mampu mengaplikasikan yang dapat dipahami dalam makalah itu. Dan untuk
yang membaca juga dapat memahami hal-hal yang kita tulis, bahas dan jelaskan
dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
FILSAFAT SECARA GARIS BESAR
Pengertian Filsafat bias diartikan sebagai berikut: (1) berpikir bebas, (2) radikal, (3)
sistimatis dan (4) menyeluruh tentang sesuatu termasuk pendidikan Islam.
Sedangkan pengertian filsafat
pendsidikan adalah: Pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem
filsafat/aliran-aliran filsafat atau (2) jawaban filosufis terhadap masalah
pendidikan yg tidak bertentangan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam
lapangan pendidikan.
a.
FUNGSI
FPI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
Teori umum bagi pendidikan,
sepanjang filsafat pendidikan Islam tersebut mengarah pada apa dan bagaimana
seharusnya pendidikan itu baik dari segi teoritik maupun dari segi
pelaksanaannya.
b.
PENGOLAHAN
SUMBER FPI
-
Alquran
-
Sunnah
-
Hasil
Ijtihad
Khusus mengenai Ijtihad ini:Hasil
kajian ilmiah yang betul mengenai watak manusia, pertumbuhan jasmani,
intelektual, emosi, spritual, kebutuhan-kebutuhan dan proses pertumbuhannya. Nilai-nilai
dan tradisi-tradisi sosial yang baik dan yang islami, yang tidak menghalangi
kemajuan mengikuti semangat zaman dan keperluan-keperluan peradaban, sosial,
ekonomi dan politik. Hasil-hasil penyelidikan dan kajian-kajian pendidikan dan
psikologi yang berkaitan dengan sifat-sifat, proses pendidikan, dan
tujuan-tujuan pendidikan dan fungsi-fungsinya sangat penting. Prinsip-prinsip
yang menjadi dasar filsafat politik, ekonomi dan sosial yang dilaksanakan oleh
negara, perjanjian-perjanjian, prinsip-prinsip organisasi regional dan
internasional kemana bergabung negara Islam itu, selama perjanjian dan prinsip
itu sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
c.
FUNGSI
FPI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
Kritik terhadap asumsi-asumsi yang
dipegangi oleh para pendidik dan tenaga kependidikan, jika pegangan filsafat
pendidikannya tidak menjiwai nilai-nilai Islam baik dalam pembentukan teori,
konsep maupun dalam proses praktiknya. Sangat tidak benar kalau pendidik tidak
mempunyai filsafat pendidikan Islam sewaktu dia menjalankan tugas
profesionalnya. Evaluasi terhadap kesenjangan-kesenjangan,
pertentangan-pertentangan, antara teori dan praktiknya, antara satu teori
dengan teori lainnya, antara satu metode dengan metode lainnya sehingga bila
dapat ketidak cocokan, atau tidak sinkrun, maka dengan segera dapat diperbaiki.
Analisis terhadap konsep-konsep dan
istilah-istilah pendidikan. Banyak istilah dalam lapangan pendidikan yang harus
didefinisikan dan dikembangkan, ditafsirkan dan dianalisis. Agar
istilah-istilah, konsep-konsep dan ide-ide yang berkembang itu sinkrun, dan menjadi kesamaan persepsi di kalangan
pendidikan dan tenaga kependidikan, maka perlu dianalisis, diselaraskan,
dikaitkan satu dengan yang lain menjadi jalinan yang harmonis dan teratur. Normatif.
Filsafat pendidikan dijadikan sebagai penentu arah, pedoman, petunjuk,
pembimbing asas-asas, prinsip-prinsip, teori dan praktik pendidikan.
2.2 RUANG LINGKUP FPI
1. Ontologi (Metafisika) FPI
Berarti memasuki arena pemikiran yang
mendasar, sistematik, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan. Maka
Masalah-masalah dalam ruang lingkup FPI adalah: Metafisika (Ontologi):
cabang filsafat yg ingin mencari dan menemukan hakikat dari sesuatu yang ada
(being). Dalam Islam hal ini dibicarakan dalam Ilmu Tauhid. Dasar-dasar
pembahasan metafisika ialah (1) Tuhan, manusia dan alam dilihat dari pendidikan
Islam. Being ada dua: menciptakan dan
diciptakan, ada yg menyebabkan dan ada yang diakibatkan. Setiap proses
penciptaan, selalu ada beberapa factor yg menentukan adanya penciptaan:
1)
adanya pencipta (subyek)
2)
adanya ciptaan (obyek)
3)
adanya bahan yg dipakai
4)
adanya tujuan
5)
adanya proses (ruang dan waktu)
Tahapan ada, yaitu ada yang konkrit
dan ada abstrak (ghaib). Ada konkrit dapat dilihat, diraba, dirasa, diukur
dlsb. Sedangkan ada abstrak hanya dapat dilihat dg penglihatan ghaib antara
lain melalui konsep. Ada yg ada dapat disandarkan kepada eksistensi Tuhan dan
ada disandarkan kepada eksistensi manusia. Jika terjadi konflik antara ada
disandarkan kpd Tuhan dan ada disandarkan kpd manusia, dalam konsep Islam harus
dimenangkan oleh Eksistensi Tuhan. Jika terjadi konflik antara otoritas manusia
(kultur) terhadap alam (nature) maka seharusnya manusia tidak harus mempunyai
otoritas mutlak terhadapnya. Karena manusia tidak terlibat mengadakan alam itu
sendiri Yang Nyata (realitas) : sesuatu yang berada pada sesuatu yg merupakan
bagian dari yg ada itu sendiri. Realitas selalu berdimensi ruang dan waktu,
karenanya selalu mengandung pluralitas dan relativitas. Filsafat Islam
memandang realitas pada hakikatnya adalah spiritual. Hakikat spritual dari
relitas terdapat pada adanya dinamika dan perubahan, yang secara kodrati selalu
terjadi dan akan terus terjadi, dan merupakan suatu sunnatullah.
2.
Epistemologi
Metode memperoleh Ilmu secara umum:
(1) melalui Kasbi/Khushuli dan (2) Ladunni/Khudhori.Kasbi: cara berpikir
metodik, konsisten dan bertahap melalui proses observasi, research, eksprimen
dan penemuan. Ladunni: proses pencerahan ruhaniyah manusia dan karenanya
kehadiran cahaya Ilahi dalam qalbu manusia. Dengan sinaran Ilahiy, qalbu
manusia dapat membaca dg jelas dan terserap dalam kesadaran intelek,
seakan-akan orang memperoleh ilmu dari Tuhan Kebenaran Ilmu: ilmu yg
kasbi relatif kebenarannya sedangkan ilmu Allah pasti kebenarannya.
Tujuan
memperoleh Ilmu:
1)
ilmu untuk kenikmatan.
2) ilmu untuk ilmu.
3) ilmu mengembangkan peradaban.
4) ilmu untuk sarana mendekatkan diri kepada
Allah.
Dalam
Islam sebagai central poin ialah yang keempat
untuk memayungi tujuan 1,2 dan 3. Sarana Peroleh Ilmu: melalui inderawi dan
potensi-potensi internal manusia (nafs, akal, qalb, dan lain-lain).
3.
Aksiologi
Adalah: cabang filsafat mencari
hakikat nilai-nilai (value). Nilai bisa
baik dan bisa pula jahat yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan
tindakan seseorang (dataran aplikatif). Yang baik itu ialah ma’ruf dan
yang jahat itu al-munkar.
Axiologi
(Brameld) ada tiga sasaran yakni:
-
moral
conduct (tindak
moral) melahirkan Ethica
-
Esthetic
expression (ekspresi keindahan) melahirkan Esthetika; dan
-
Socio-political
life,
(kehidupan sosia-politik), melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.
Hakikat
baik dan jahat itu bersifat universal dan absolute. Etika social misalnya harus
berprinsip persamaan dan kebersamaan; keadilan social; keterbukaan dan
musyawarah. Etika agama membicarakan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan kebudayaan.
2.3
Tiga Nilai Fundamental dalam FPI:
- Nilai Sentral: ialah berada pada wilayah
titik pusat nilai yang menjadi sumber pengambilan keputusan politik, hukum dan lainnya;
- Nilai Sekuler: Sebagai penafsiran dan
penerapan nilai sentral;
-
Nilai Operasional yakni lahir dari tindakan sehari-hari yang merupakan
pengewajanthan dari nilai sekuler. Nilai sentral (inti) dalam Islam ialah
ma’rifatullah berupa iman dan tauhid dan mardatillah.
Ada
tiga tauhid menurut Ibnu Taimiyah:
(1)
tauhid Uluhiyah ialah bahwa Allah Maha Tunggal yang paling berhak di
sembah, ditaati, dan dipatuhi;
(2)
tauhid Rububiyah, ialah Allah yang Maha Esa itu yang menciptakan,
mengatur perkara-perkaranya dan yang mendidiknya, dan
(3)
tauhid al-Asma’ wa al-Sifah ialah bahwa tiap-tiap yang berlaku di alam
ini bersumber dari perbuatan dan pengaturan Allah, dan kepada-Nya setiap
kesudahan akhir, dan daripada-Nya pula bermula setiap sesuatu.
Nilai
sekuler terdiri dari enam hubungan:
- Dengan Allah: ubudiyah dan istikhlaf;
- Dengan Masyarakat: ta’awun, ‘adalah dan
ihsan;
- Kehidupan dunia: ibtila’
- Dengan Ilmu: hubungan fard} ‘ain dan kifayah
- Kehidupan akhirat: mas’uliyah dan jaza’
- Dg Alam: hubungan taskhir dan pembelajaran
- Hubungan
manusia dengan Tuhan adalah hubungan antara hamba dengan Majikan, makhluk
dan Khaliq, ciptaan dan Pencipta. Hubungan manusia dengan sesamanya
hubungan adalah dan ihsan. Yakni hubungan patner yang mengemban amanah
khalifah dari Tuhan; sederajat, sama-sama ciptaan dan karenanya sama
dihadapan Tuhan kecuali tindak amal perbuatannya (taqwanya). Perbedaan hak
dan kewajiban adalah karena perbedaan tugas dan profesinya sehingga
melahirkan taklif (pembebanan) yang lebih. Maka dalam agama dikenal ada
Wajib ‘ain dan wajib kifayah.
- Hubungan
manusia dengan alam adalah hubungan pengelola (pemimpin) dan yang dikelola
(dipimpin). Alam merupakan medan emperik bagi manusia untuk kemakmuran
manusia dan alam bagian dari dirinya. Kesalahan pengelolaan akan berakibat
fatal bagi kehidupan manusia.
- Hubungan
manusia dengan ciptaannya (kebudayaan) adalah manusia pada dasarnya
memegang otiritas dan kekuasaan yang penuh, artinya manusia
bertanggungjawab untuk apa semua ciptaannya itu akan diperbuat, dan
ciptaannya sepenuhnya bergantung pada manusia.Kebudayaan sebagai alat
bukan sebagai yang dipertuhankan.
Nilai Operasional diwujudkan
dalam:
- al-wajibat
(hal-hal yang diwajibkan);
- al-mandubat
(hal-hal yang disunatkan);
- Al-mahrumat
(hal-hal yang diharamkan);
- Al-makruhat
(hal-hal yang dimakruhkan);
5. Al-jaizat (hal-hal yang
diperbolehkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian
Filsafat bias diartikan sebagai
berikut: (1) berpikir bebas, (2)
radikal, (3) sistimatis dan (4) menyeluruh tentang sesuatu termasuk pendidikan
Islam.
Sedangkan pengertian filsafat
pendsidikan adalah: Pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem filsafat/aliran-aliran
filsafat atau (2) jawaban filosufis terhadap masalah pendidikan yg tidak
bertentangan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam lapangan pendidikan.
.
Sedangkan
secara Ontologi (Metafisika) FPI Berarti
memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik, logis, dan menyeluruh
tentang pendidikan. Maka Masalah-masalah dalam ruang lingkup FPI adalah:
Metafisika. Kalau secara Epistemologi
ialah Metode memperoleh Ilmu secara umum: (1) melalui Kasbi/Khushuli dan (2)
Ladunni/Khudhori.Kasbi: cara berpikir metodik, konsisten dan bertahap melalui
proses observasi, research, eksprimen dan penemuan. Dan secara . Aksiologi adalah: cabang filsafat mencari hakikat
nilai-nilai (value). Nilai bisa baik dan
bisa pula jahat yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan tindakan seseorang
(dataran aplikatif).
3.2 Saran
Sebagi manusia
hendaknya kita melakukan sesuai apa-apa yang di perintahkan oleh Allah SWT dan
menjauhi yang dilarang. Karena kita diciptakan sempurna dari pada makhluk Allah
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Noor Syam, Mohammad, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat
Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya,1986, hal. 153
Ismai Raji’ Al-Faruqi, Islam dan Kebudayaan, Mizan, Bandung,
1984, hal. 37
Prof. DR. H. Ramayulis, DR. Samsul Nizar, MA, Filsafat
pendidikan Islam, kalam mulia, Jakarta Pusat, 2009, hal. 48, 50,
57-59
Prof. Dr. H. Jalaludin, Teologi Pendidikan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001, hal 21
Brian Fay, Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Jendela,
Yogyakarta, Cet. I, 2002, hal. 69
MAKALAH
SISTEM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DARI
SEGI ONTOLOGI,
EPISTEMOLOGI DAN EKSIOLOGI
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu Tugas
Mata Kuliah filsafat pendidikan islam
Dosen :
Drs.H. SUBRAWI, M.Pd.I
STAI IBRAHIMY Genteng Banyuwangi Jawa Timur
Disusun
Oleh :
HASAN KHUBBILAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar