Tipologi
Masyarakaat Tapal Kuda
-
Daerah tapal kuda meliputi kabupaten-kabupaten seperti
Pasuruan, probolinggo. Lumajang, Jember,
Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi.
-
Bentuk kebudayaan di daerah tapal kuda terbagi menjadi
tiga yaitu: madura, mataraman, dan kebudayaan asli daerah.
-
Daeraah-daerah yang berbudaya madura meliputi daerah
barat kabupaten seperti pasuruan, bondowoso, situbondo, sebagian daerah
probolinggo, banyuwangi daerah barat dan daerah-daerah pesisir, jember bagian
barat dan utara.
-
Sedangkan daerah mataraman meliputi jember bagian
selatan dan banyuwangi bagian selatan.
-
Seperti probolinggo yang mempunyai suku tengger dan
banyuwangi yang mempunyai suku osing mempunyai corak budaya yang berbeda dan
berasal dari daerah sendiri.
-
Masing-masing kabupaten daerah tapal kuda mempunyai
sejarah, yang melatar belakangi terbentuknya masyarakat dan kebudayaan, yang hampir
sama tapi ada sebagian daeraah yang berbeda.
-
Seperti masyarakat yang berkebudayaan madura dalam
sejarahnya mereka mempunyai pertalian darah atau bernenek moyang suku madura
yang dulunya merupakan seorang nelayan atau bahkan seorang pelaut karena
daerah-daerah seperti situbondo, probolinggo, dan bondowoso mempunyai perairan
yang dekat dengan pulau maduraa.
-
Untuk daerah yang tipologi masyarakatnya mataraman, mempunyai
latar belakang nenek moyang perantau
dari daerah jawa tengah yang menjadi pembuka lahan dari hutan yang akhirnya
menjadi sebuah perkampungan. Dan tentunya mereka mempunyai kebudayaan dan
dialek bahasa yang menyerupai atau mungkin sama dengan orang-orang mataraman.
-
Sedang daerah-daerah seperti banyuwangi dan
probolinggo, yaitu suku tengger, mempunyai kebudayan sendiri. Suku osing
banyuwangi mempunyaai sejarah yang sangat erat sekali kaitan dengan adipati
minakjinggo yang mempunyai kekuasaan di blambangan dan juga ingin mendirikan
kerajaan sendiri. Dan suku osing ini memilikii dialek bahasa yang berbeda
dengan masyarakat jawa pada umumnya, dan kemungkinan hanya masyuarakat
banyuwangi sendiri yang paham dengaan dialek tersebut. Untuk kesenian meliputi:
tari gandrung untuk upacara penyambutan, janger yang mirip dengan ludruk, petik
laut, kebo-keboan, dll.
-
Masyarakat Suku Tengger menganut empat agama dari lima
agama yang diakui oleh Pemerintah Indonesia. Yaitu Agama Hindu , Islam ,Kristen
dan Budha. Kesenian: tari
sodor dan tari ujung musik: gamelan ,musik ketipung dan terompet. Bahasa daerah
yang digunakan adalah bahasa Jawa yang masih berbau Jawa Kuno. Mereka
menggunakan dua tingkatan bahasa yaitu ngoko, bahasa sehari-hari terhadap
sesamanya, dan krama untuk komunikasi terhadap orang yang lebih tua atau orang
tua yang dihormati. Pada masyarakat Tengger tidak terdapat adanya perbedaan
kasta, dalam arti mereka berkedudukan sama.
Contoh: Aku ( Laki-laki) = Reang , Aku ( wanita ) = Isun , Kamu ( untuk seusia)= Sira , Kamu ( untuk yang lebih tua) = Rika, Bapak/Ayah= Pak , Ibu = Mak , Kakek=Wek , Kakak= Kang , Mbak= Yuk
Contoh: Aku ( Laki-laki) = Reang , Aku ( wanita ) = Isun , Kamu ( untuk seusia)= Sira , Kamu ( untuk yang lebih tua) = Rika, Bapak/Ayah= Pak , Ibu = Mak , Kakek=Wek , Kakak= Kang , Mbak= Yuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar